Manado,  (ANTARA Sulut) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengungkapkan daerah itu membutuhkan cabai rawit sebanyak 500 ton per bulan untuk memenuhi permintaan masyarakat.

"Sulut membutuhkan cabai rawit sebanyak 500 ton per bulan untuk memenuhi permintaan konsumen," kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Provinsi Sulut, Hanny Wajong di Manado, Senin.

Hanny mengatakan konsumsi cabai rawit masyarakat Sulut memang cukup tinggi sehingga stok yang harus disiapkan mencapai sejumlah itu setiap bulannya.

Ia mengatakan saat ini stok cabai rawit di pasar mengalami penurunan akibat berkurangnya pengiriman dari sentra produksi menyusul musim kemarau yang terjadi di wilayah Sulut dan sekitarnya.

"Namun pemerintah akan tetap memantau pergerakan harga cabai rawit agar tidak naik terlalu signifikan," jelasnya.

Jika stok mulai menipis, pemerintah tetap akan mengambil langkah dengan mendaatangkan pasokan dari luar daerah seperti dari Surabaya.

"Saat ini, sebagian besar cabai rawit dibeli dari luar daerah seperti dari Ternate dan Nusa Tenggara Barat," katanya.

Disperindag Sulut, katanya, telah membentuk tim untuk memantau pergerakan harga dan stok di beberapa pasar tradisional dan swalayan di Kota Manado.

"Jika ada kenaikan ataupun penurunan, akan segera diketahui sehingga pemerintah secepatnya mengambil langkah untuk mengatasinya," katanya.

Harga cabai rawit di sentra perdagangan Kota Manado naik hingga mencapai Rp120.000 per kilogram pada pekan ini. Harga cabai rawit di Kota Manado, biasanya hanya Rp20.000 per kilogram, namun pada awal Oktober 2014 naik hingga Rp120.000 per kg.

Disperindag Sulut mengharapkan stok dapat segera bertambaha sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan cabai rawit dan harganya tidak terus melambung

Pewarta : Oleh Jootje Kumajas
Editor :
Copyright © ANTARA 2024