Jakarta (ANTARA) - Ketua DPD PDI Perjuangan Sulawesi Utara Olly Dondokambey siap memenangkan partai besutan Megawati Soekarnoputri dan bakal calon presiden Ganjar Pranowo.
"Ketua umum sudah jelas pesannya, rapatkan barisan. Calon presiden dari PDIP sudah ditetapkan, yaitu Bung Ganjar Pranowo," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
PDI Perjuangan mendapatkan dukungan terbesar dari kelompok kritis berdasarkan hasil survei terbaru Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Di Sulawesi Utara (Sulut), ada 66 persen pemilih kritis yang mendukung partai pemenang Pemilu 2014 dan 2019 tersebut. Sementara partai lainnya hanya di bawah 10 persen.
"Ini buah dari semua kerja keras kader PDIP. Segenap jajaran struktural partai dari DPD, DPC, PAC hingga anak ranting di Sulut, turun langsung ke tengah masyarakat sesuai arahan Ibu Ketum Megawati Soekarnoputri," katanya menegaskan.
Dengan adanya hasil SMRC, menurut Olly, dalam hari-hari ke depan PDI Perjuangan akan lebih memaksimalkan dan mengoptimalkan peran-peran kerakyatan. Apalagi, PDI Perjuangan sudah mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung dalam Pemilihan Presiden 2024.
Olly menyatakan kader-kader PDI Perjuangan tentu bertekad mencetak hattrick atau tiga kali kemenangan dalam Pemilu.
Sebelumnya, Direktur Riset SMRC Deni Irvani melalui kanal YouTube SMRC TV, Selasa (25/4) memaparkan PDI Perjuangan mendapat dukungan terbesar di kelompok pemilih kritis sebesar 16,1 persen, berdasarkan hasil riset terbaru SMRC.
Berikutnya Gerindra 11,7 persen, Golkar 8,7 persen, PKB 6,1 persen, Demokrat 5,1 persen, Nasdem 4,9 persen, PKS 4,4 persen. Sementara partai-partai lain di bawah 4 persen dan masih ada 31,2 persen warga belum menentukan pilihan.
Deni Irvani menggarisbawahi, pemilih kritis adalah kelompok pemilih yang penting. Mereka pada umumnya tidak mudah goyah dan dipengaruhi. Sebaliknya, mereka adalah kelompok potensial yang dapat memengaruhi kelompok pemilih lain. Pemilih yang memiliki telepon seluler merupakan indikasi kelompok pemilih kritis.
Ditekankan bahwa pemilih kritis cenderung punya kesempatan lebih besar untuk mendapat informasi sosial-politik dibanding yang tidak punya telepon seluler, dan karena itu kritis dalam menilai berbagai persoalan.
"Jumlah pemilih kritis sekitar 80 persen dari total populasi pemilih, dan cenderung berada di lapisan lebih atas," jelas Deni.
"Ketua umum sudah jelas pesannya, rapatkan barisan. Calon presiden dari PDIP sudah ditetapkan, yaitu Bung Ganjar Pranowo," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
PDI Perjuangan mendapatkan dukungan terbesar dari kelompok kritis berdasarkan hasil survei terbaru Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Di Sulawesi Utara (Sulut), ada 66 persen pemilih kritis yang mendukung partai pemenang Pemilu 2014 dan 2019 tersebut. Sementara partai lainnya hanya di bawah 10 persen.
"Ini buah dari semua kerja keras kader PDIP. Segenap jajaran struktural partai dari DPD, DPC, PAC hingga anak ranting di Sulut, turun langsung ke tengah masyarakat sesuai arahan Ibu Ketum Megawati Soekarnoputri," katanya menegaskan.
Dengan adanya hasil SMRC, menurut Olly, dalam hari-hari ke depan PDI Perjuangan akan lebih memaksimalkan dan mengoptimalkan peran-peran kerakyatan. Apalagi, PDI Perjuangan sudah mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung dalam Pemilihan Presiden 2024.
Olly menyatakan kader-kader PDI Perjuangan tentu bertekad mencetak hattrick atau tiga kali kemenangan dalam Pemilu.
Sebelumnya, Direktur Riset SMRC Deni Irvani melalui kanal YouTube SMRC TV, Selasa (25/4) memaparkan PDI Perjuangan mendapat dukungan terbesar di kelompok pemilih kritis sebesar 16,1 persen, berdasarkan hasil riset terbaru SMRC.
Berikutnya Gerindra 11,7 persen, Golkar 8,7 persen, PKB 6,1 persen, Demokrat 5,1 persen, Nasdem 4,9 persen, PKS 4,4 persen. Sementara partai-partai lain di bawah 4 persen dan masih ada 31,2 persen warga belum menentukan pilihan.
Deni Irvani menggarisbawahi, pemilih kritis adalah kelompok pemilih yang penting. Mereka pada umumnya tidak mudah goyah dan dipengaruhi. Sebaliknya, mereka adalah kelompok potensial yang dapat memengaruhi kelompok pemilih lain. Pemilih yang memiliki telepon seluler merupakan indikasi kelompok pemilih kritis.
Ditekankan bahwa pemilih kritis cenderung punya kesempatan lebih besar untuk mendapat informasi sosial-politik dibanding yang tidak punya telepon seluler, dan karena itu kritis dalam menilai berbagai persoalan.
"Jumlah pemilih kritis sekitar 80 persen dari total populasi pemilih, dan cenderung berada di lapisan lebih atas," jelas Deni.