Manado, (AntaraSulut) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Deitje Sarundajang Laoh Tambuwun mengatakan batik dan kain asal daerah ini harus dijadikan sebuah gaya atau style yang melegenda.

"Sulut sudah memiliki beragam motif batik dan kain yang memiliki ciri khas masing-masing kabupaten dan kota, yang diharapkan bisa menjadi sebuah warisan yang melegenda, dan tidak akan lekang oleh waktu," kata Deitje saat fashion show busana batik dengan tema "The Legendaryin Style", di Manado.

Pihaknya berharap, tradisi tenun yang ada di sulut lewat kain di masing-masing kabupaten dan kota akan menjadi kegiatan turun temurun. Anak-anak pun sudah mulai belajar menenun. Awalnya, mereka belajar menenun dengan motif-motif sederhana, seperti garis warna-warni. Setelah lebih mahir, barulah bentuk-bentuk lain diperkenalkan.

"Ini merupakan kearifan lokal budaya daerah lewat kain dan batik untuk terus dilestarikan dan dikembangkan," katanya.
 
Kain dan batik yang merupakan ciri khas daerah Sulut, akan terus diangkat dan dipromosikan sebagai kearifan lokal yang unik, ada motif rumah panggung, komoditas pala, kelapa, peninggalan sejarah waruga, dan lain sebagainya sebagai warisan budaya daerah.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Utara (Sulut) Olvie Atteng mengatakan dalam acara fashion show dalam rangka perayaan Sulut Gold 2014 pada 27 September di Hotel Aryaduta tersebut menampilkan delapan jenis batik dan kain dari beberapa kabupaten kota di Sulut yakni dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Selatan.

"kami berharap, dari 15 kabupaten akan menampilkan kain mereka masing-masing kedepannya, sehingga batik asal Sulut semakin beragam," katanya.

Pakar Ekonomi Sulut dan staf Ahli Disperindag Sulut Ellen Pakasi mengatakan batik dan kain asal Sulut, tidak hanya menampilkan sebagai gaya namun menunjukkan jati diri, tempat kita berada yakni Provinsi Sulut.

"Kualitas bahan dan motif yang perlu dijaga dan dipertahankan sehingga mampu memberikan nilai tambah serta kepuasan baik pemilik maupun pemakai," jelasnya.

Pemerhati Budaya Sulut Berty Ratu mengatakan sejak dulu, batik atau kain asal Sulut sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti di Jepang dan negara Eropa lainnya.

Sehingga persaingan kualitas perlu terus didorong, agar mampu bersaing dengan dunia luar. Karena, produk batik yang ada di Sulut tidak kalah dengan di daerah lain.

Kepala Bidang Fasilitas Pengembangan IKM Disperindag Sulut Alwy Pontoh mengatakan dalam rangkaian HUT Provinsi Sulut  ke-50, kami menggelar fashion show yang pelaksanaannya di Hotel Aryaduta pada 27 September 2014.

"Dengan digelarnya kegiatan ini diharapkan akan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal di Sulut yang sangat beragam dan kaya," jelasnya.

Sebelum acara fashion show batik asal sulut yang diikuti oleh ibu-ibu pegawai negeri dan istri-istri pejabat tersebut, juga diawali dengan talk show tentang warisan batik di Sulut dan sebagai pembicara Ketua Dewan Kerajinan Nasional daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Deitje Sarundajang Laoh Tambuwun, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Utara (Sulut) Olvie Atteng, dari akademisi Ellen Pakasi dan Pemerhati budaya Sulut Prof Berty Ratu.


Pewarta : Oleh Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024