Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) meningkatkan strategi dalam menjaga inflasi menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Kepala BI Sulut Andry Prasmuko, di Manado, Jumat, mengatakan pihaknya telah miliki strategi guna menjaga dan mengendalikan inflasi jelang Idul Fitri.

"Salah satunya adalah melakukan high level meeting (HLM) secara maraton di seluruh kabupaten dan kota di Sulut," kata Andry, di Manado, Jumat.

HLM ini, katanya, diadakan guna mencari solusi dari permasalahan yang ada di masing-masing daerah.

“BI sudah melakukan high level meeting di seluruh kabupaten dan kota. Tidak bersamaan tetapi kami melakukan secara maraton untuk memfasilitasi dan membicarakan kondisi terkini, sekaligus mencari solusi terhadap permasalahan yang ada,” jelasnya.

Andry mengatakan wilayah Bolaang Mongondow (Bolmong) raya lebih dulu dilakukan HLM. Berikut wilayah Manado dan Kabupaten Kepulauan.

“Isu pertama adalah kondisi di daerah masing-masing seperti apa, karena setiap daerah pasti tidak sama,” ujar Andry saat didampingi dua Deputi BI Sulut Fernando Butarbutar dan Marwadi.

Andry mencontohkan, untuk wilayah kepulauan yang kerap mengalami kendala transportasi. Kondisi yang sulit tersebut, menjadi pemicu terjadinya gejolak harga. Namun, menurutnya, ada dugaan permainan dari pedagang besar.

BI terus mendorong program pemerintah, sebagaimana yang digulirkan Gubernur Olly Dondokambey melalui "Marijo Bakobong" atau mari berkebun.

“Program arahan Pak Gubernur ini sudah direspon kabupaten dan kota, dengan tagline masing-masing sesuai dengan kearifan lokal, untuk melakukan gerakan menanam yang telah berjalan baik,” jelasnya.

Untuk mengendalikan inflasi, BI Sulut, kata Andry telah menyumbang 350 bibit bawang, rica (cabai) dan tomat (barito) yang disebar di kabupaten dan kota.

“Kami juga membantu pupuk yang dapat digunakan cukup untuk tiga bulan. Bahkan BI juga memberikan pendampingan, dengan harapan gaungnya dapat dirasakan masyarakat,” katanya.

Adanya gejolak harga bahan pangan, katanya, yakni beras yang terjadi belakangan ini, katanya, sesuai fakta yang ada, Sulut tidak mengalami kekurangan stok, karena di pasar sejatinya tersedia dalam jumlah cukup.

Agar harga tidak tinggi, katanya, BI mendorong untuk melakukan sidak pasar yang bekerja sama dengan Bulog secara intensif.

"Sebagaimana yang telah dilakukan di Kotamobagu. Strategi ini, harapannya dapat direplikasikan di seluruh kabupaten dan kota,” katanya.

Ia mengatakan, untuk mempertajam strategi, semua permasalahan tidak hanya terletak pada ketersediaan stok dan permintaan. Tetapi juga berkaitan dengan psikologis dari penjual dan pembeli, yang juga harus dijaga.


Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2024