Manado (ANTARA) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Askhari Dg. Masikki mengatakan, satwa-satwa endemik daerah tersebut terancam punah lokal.

"Sebenarnya Sulut mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, ada satwa endemik, yang tidak berada di luar Sulut, sehingga yang perlu dibangun dan harus dijaga adalah kelestarian dan pemanfaatan secara bijaksana," ujar Askhari di Manado, Kamis.

Jenis satwa endemik Sulawesi Utara tersebut adalah Anoa, Babi Rusa, Macaca Nigra, termasuk Maleo, dan Tarsius.

"Satwa endemik yang masuk 25 satwa prioritas adalah Maleo, Macaca Nigra, Babi Rusa dan Anoa, ini sangat penting dan berperan tinggi di alam sehingga
patut dijaga keberlangsungan hidup satwa-satwa yang ada termasuk satwa endemik," ujarnya.

Di Sulawesi Utara dan Sulawesi secara keseluruhan tidak ada top predator, artinya kalau di Kalimantan dan Sumatera ada harimau, tapi predator puncak di daerah ini adalah manusia.

"Kita menjaga satwa endemik ini dari hal apa? Perburuan cukup tinggi baik yang berada di kawasan konservasi dan di luar kawasan konservasi," katanya menambahkan.

Para pemburu menggunakan jerat, karena dari informasi petugas lapangan, pemburu memasang jerat untuk babi hutan, tapi yang terkena jerat adalah Anoa dan Babi Rusa.

"Ketika terjerat, keduanya diambil juga, tidak dilepas," katanya.

Setelah jerat, perburuan berikutnya adalah menggunakan senapan angin, ini masih terjadi.

"Kami terus melakukan edukasi, sosialisasi kepada masyarakat sehingga kita harapkan ada pemahaman di masyarakat bahwa ternyata satwa ini sangat penting, keberlangsungannya harus dijaga," katanya menambahkan.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024