Kota Bogor (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat menawarkan kepada para produsen mi instan agar dapat menggunakan hasil inovasi para peneliti yang telah menghasilkan lima bahan dasar pangan lokal varietas unggul yaitu jagung, ganyong, sukun, kasava dan sagu, sebagai substitusi impor gandum.

"207 juta ton (gandum) tertahan di Ukraina dan di Rusia. Ini momentum agar Indonesia semakin berdaulat pangan tidak tergantung pada gandum dan terigu dengan ada inovasi substitusi impor ini," kata Rektor IPB Arief Satria kepada Antara di Kota Bogor, Minggu.
 
Arief menyampaikan saat ini IPB telah menghasilkan inovasi produk mi dari lima bahan dasar lokal itu yang bisa dikerjasamakan dengan para produsen industri mi instan yang berkualitas.
 
"Nah saya usul kepada pemerintah agar ada kebijakan rasio. Jadi setiap kali impor misalnya 10 ton gandum, maka importir harus membeli sekian ton produk lokal, itu kebijakan rasio dan itu bisa bertahap," kata Rektor IPB.
 
Tahap pertama, kata dia, substitusi masih tergantung kapasitas lokal. Kalau kapasitas lokal mencukupi 100 persen, diawali dengan 10 banding 1 ton, atau dengan kata lain 10 ton produk impor dan 1 ton lokal.
  
Rektor IPB itu pun mengemukakan, ancaman krisis pangan yang ada secara global akibat perang Rusia dengan Ukraina bisa menjadi momentum untuk semakin berkomitmen terhadap kedaulatan pangan dan kemandirian pangan, jangan lagi tergantung pada dunia luar.
 
  Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan M Ismail Wahab pada Sabtu (13/8), menyampaikan untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri pemerintah mempertimbangkan beberapa tanaman pangan lokal untuk mensubstitusinya, seperti singkong, sagu, dan sorgum.

"Sorgum saya kira tanaman yang berpotensi besar untuk menggantikan gandum," kata Ismail.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini lima bahan dasar mi inovasi lokal dari peneliti IPB

Pewarta : Linna Susanti
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024