New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari tiga dolar AS per barel pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didukung oleh pasokan yang ketat tetapi mereka mencatat penurunan mingguan kedua di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 3,07 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi menetap di 113,12 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus menguat 3,35 dolar AS atau 3,2 persen, menjadi ditutup di 107,62 dolar AS.

Untuk minggu ini, WTI menunjukkan penurunan 1,8 persen, mengikuti penurunan 9,2 persen minggu sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya sejak April, WTI membukukan kerugian mingguan berturut-turut. Sebelum ini, telah reli non-stop tujuh minggu berturut-turut.

Brent datar pada minggu ini, berakhir persis di tempat yang berakhir pada Jumat (17/6/2022) sebelumnya, setelah penurunan mingguan sebelumnya sebesar 7,3 persen.

Namun demikian, sejauh tahun ini WTI masih naik 47 persen setelah enam bulan naik hingga Mei, sementara Brent menunjukkan kenaikan tahunan hampir 45 persen.

Federal Reserve AS "berbicara sangat hawkish yang merusak reli minyak, tetapi sentimen sedikit berubah terutama pada data ekonomi yang kuat," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Pada Kamis (23/6/2022), Ketua Fed Jerome Powell mengatakan fokus bank sentral untuk mengendalikan inflasi adalah "tanpa syarat", menambah kekhawatiran tentang lebih banyak kenaikan suku bunga.

Sebuah survei pada Jumat (24/6/2022) menunjukkan sentimen konsumen AS mencapai rekor terendah pada Juni bahkan ketika prospek inflasi sedikit membaik.


 

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024