Manado (ANTARA) - Membelit tangga di tanah merah
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya merah ke pewayangan.

Jamrud di pucuk-pucuk
Jamrud dihati gadis menurun

ITULAH penggalan dari puisi Priangan Si Jelita satu di antara karya penyair asal Jawa Barat Ramadhan KH yang begitu berhasil menggambarkan bagaimana keindahan dari alam bumi Priangan. Hal ini serupa dengan yang dilakukan UD Totabuan yang merupakan Usaha Kecil Menengah (UKM) produksi kacang goyang cap Maleo. 

Melalui makanan ringan tersebut pemilik usaha ingin menggambarkan bagaimana masyarakat tempo dulun membuat kudapan untuk  raja dan bangsawan. Terlebih dengan tingkat kesulitan dan lama prosesnya sehingga, makanan tersebut menjadi istimewa, layak disajikan untuk para raja di tanah Totabuan.

Hawa hangat langsung terasa saat masuk ke ruangan dengan ukuran kira 6x15 meter. Udara dingin dari angin malam, menyerap melalui pori-pori, tembus ke kulit hingga berakhir di tulang, perlahan hilang tergantikan kehangatan yang begitu nyaman. Sumber dari rasa hangat tersebut berasal dari beberapa tungku api yang terus menyala, untuk memadukan antara kacang tanah dan gula, berjam-jam lamanya.

Beberapa wanita paruh tampak terampil menggoyang tampah berdiameter sekitar 1 meter dengan tangannya yang gemulai, namun bertenaga. Hal ini dapat terlihat dari alur urat, menimbul di antara kulit kuning langsatnya. Tampah yang digoyangkan dengan irama tertentu terbuat dari bambu, di pinggirnya ada plat besi yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, berfungsi untuk mencegah kacang tanah yang ada di tampah tidak tumpah jika goyang.

Benda yang oleh masyarakat setempat disebut sosiru dapat digoyangkan, karena tergantung oleh tali kawat yang dikaitkan pada langit-langit bangunan. Sedangkan api pada tungku yang terletak di bawahnya, terus menyala untuk menjaga agar proses pembuatan makanan khas Kotamobagu dapat berjalan dengan sempurna.

Sesekali disela menggoyangkan kacang tanah dan gula, kaum hawa tangguh tersebut meneguk minuman untuk melepas dahaga yang terasa di tenggorakan. Malam semakin larut, namun para perempuan perkasa semakin bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan mulia tersebut.

"Saat ini, saya dan istri yang menjalankan usaha ini," ujar pria bernama lengkap Drs.Hi.Zainul Armyn Lantong di dampingi istrinya Hj Treystien Hapulu SE dan Manajer UD Totabuan Harianto Simbala, S.Kom saat ditemui di rumahnya.

Baca juga: Alfamart Bagi Tas Ecobag dan Bagi Takjil Serentak

Dia menceritakan awal mula usaha kacang goyang dimulai sejak 1983 oleh mertuanya
seiring berjalannya waktu, usaha tersebut secara perlahan-lahan terus berkembang hingga saat ini. Pada saat itu mertuanya berfikir bagaimana cara melestarikan makanan khas para raja yang begitu istimewa kepada masyarakat.

“Dulunya makanan ringan tersebut hanya disajikan untuk para raja dan bangsawan saja maupun para tamu terhormat,” tutur pria murah senyum ini.

Namun setelah berjalannya waktu, warga Motoboi Kecil Kota Kotamobagu yang mengetahui pembuatan kacang goyang menyajikannya untuk momen spesial, seperti hari raya Idul Fitri, Natal maupun yang lainnya. “Kemudian mertua saya yang kebetulan keturunan bangsawan membuka usaha kacang goyang agar makanan tersebut dapat dinikmati masyarakat, bukan hanya pada saat momen tertentu saja, melainkan setiap saat. Sekaligus juga melestarikannya,” ungkapnya.

Usaha yang dilakukannya sejak puluhan tahun lalu tersebut, merupakan yang pertama di Kotamobagu, bahkan di Sulawesi Utara, baru kemudian tumbuh, usaha-usaha lainnya yang sejenis.
 "Jadi, UD Totabuan yang pertama membuat usaha kacang goyang. Sedangkan saat ini, kami merupakan generasi kedua," katanya.

Suami dari Hj Treystien Hapulu SE menjelaskan untuk pembuatan kacang goyang cukup rumit, meskipun bahan dasarnya terdiri dari kacang tanah dan gula pasir, namun memerlukan waktu cukup lama. Sekitar 7-8 jam.

Disebut kacang goyang, karena dalam pembuatannya memang untuk memadukan kacang tanah dan gula harus digoyang-goyang, agar tercampur dengan sempurna. Sehingga masyarakatnya menyebutnya kacang goyang.

Untuk tahap awal pembuatan kudapan dengan rasa manis dan gurih, kacang tanah dengan kualitas terbaik, dipanggang dalam oven dengan waktu tertentu. Kemudian, setelah dirasakan tingkat kematangannya sesuai, didiamkan beberapa saat agar dingin. Setelah itu, kulit arinya dikupas satu per satu, agar kacang tanah tersebut menjadi bersih. Dalam proses pengupasan ini juga untuk menyortir kacang-kacang yang sudah rusak, untuk kemudian dipisahkan dari yang baik. Dengan demikian kacang tanah yang digunakan memang terbaik.

Setelah selesai, kemudian dilanjutkan penyampurkan dengan gula pasir yang sebelumnya sudah cairkan. Proses tersebut dilakukan di atas tungku yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga api yang keluar sesuai dengan kebutuhan. Proses ini terbilang merupakan inti dari pembuatan kacang tanah inilah yang memerlukan kesabaran dan ketekunan, karena harus dilakukan antara 6-8 jam.

Lamanya proses pencampuran tersebut bukan tanpa alasan, melainkan untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Tak heran kacang goyang buatan UD Totabuan yang diberi nama cap Maleo banyak dicari pada saat Idul Fitri maupun Natal. 

Selain itu, produk yang memiliki warna putih dan coklat tersebut banyak dijadikan buah tangan, bagi warga Manado yang tinggal di pulau Jawa maupun lainnya.
Pembuatan yang masih secara manual dan tradisional sengaja masih dipertahankan, untuk menjaga kualitasnya. Tak ayal kacang goyang cap maleo memiliki banyak keunggulan dibandingkan produk sejenis daerah lain, di antaranya gulanya tidak mudah hancur jika terkena benturan. Sehingga aman jika dibawa melalui pesawat maupun paket pengiriman.

Beberapa tahun lalu pernah ada dari satu di antara perguruan tinggi di pulau Jawa membuatkan mesin untuk proses penggoyangan, namun hasilnya, tidak sama dengan yang dilakukan secara manual. “Makanya saya kembali lagi, ke cara-cara tradisional, dengan cara manual,” tuturnya.

Untuk daya tahan produk, tak perlu diragukan lagi, saat ini jika penyimpanan dan dengan packing yang baik, produk tersebut bisa awet hingga 2 tahun.
Dalam satu hari pria yang sangat menyayangi anaknya ini mengaku memproduksi kacang goyang sebanyak 150 kilogram, atau dalam sebulan sekitar 3 ton. Untuk bahan baku kacang tanah, pihaknya tidak mengalami kesulitan, namun untuk gula pasir, dirinya saat ini mulai khawatir, karena harga yang terus merangkak naik. Sedangkan untuk pekerjanya, total sekitar 30 orang. 
“Untuk pekerja yang membuat kacang goyang, telah bekerja cukup lama, lebih dari 20 tahun,” tuturnya.

Dari hasil membuka usaha kacang goyang dirinya bersyukur, banyak hal yang telah dicapai, dari mempekerjakan warga sekitar tempat tinggalnya di kelurahan Motoboi Kecil, sampai membuka usaha makanan ringan lainnya, yang jumlahnya sekitar 40 macam. “Saya juga memiliki toko oleh-oleh pertama dan satu-satunya yang ada di Kotamobagu,” katanya.

Saat ini pria yang senang memelihara burung hias ini menjelaskan saat inimerasa beruntung, karena produk kacang goyangnya bisa dibeli di gerai Alfamart di Bolaang Mongondow (Bolmong) Raya.Awal mulai bergabung produknya di Alamart, pada saat minimarket tersebut hadir di Kotamobagu pada 2017 lalu, yaitu sekitar 9 gerai. Pada saat itu, dari pihak Alfamart menyarankan untuk memperbaiki packing, agar semakin menarik konsumen.
Dia pun kemudian mengikuti saran yang diberikan dengan mengubah packing dari kacang goyang cap Maleo.

Kemudian, secara perlahan-lahan penjualan produknya semakin meningkat di Alfamart, karena pelanggan mulai mengetahui produknya saat ini tersedia di jaringan minimarket nasional tersebut.

Setelah dapat memenuhi di 9 gerai, penjualan produknya terus meningkat, hingga saat ini berada di 57 gerai Alfamart di Bolmong Raya. “Saya harap kacang goyang cap maleo bisa mengisi seluruh gerai di Sulawesi Utara dan Gorontalo, bahkan nasional. Karena untuk itu saya siap,” ujarnya.

Pihaknya merasa bersyukur hingga saat ini masih bermitra dengan Alfamart, apalagi untuk penjualannya terus meningkat. “Saya berharap mendapat perhatian dari manajemen Alfamart,” tutur pria yang selalu menjaga adat-istiadat.

Alfamart adalah ritel modern yang memahami potensi UMKM, agar bisa berkembang, salah satunya dengan memberikan kesempatan produk UMKM dipasarkan di jaringannya.

”Produk khas suatu daerah sudah pasti menjadi primadona di daerah itu, dan kami ingin ikut ambil peran mendukung berkembangnya UMKM dengan bidang kemampuan kita yaitu toko berjejaring,” ujar Nur Rachman, Corporate Communication GM Alfamart.

Menurutnya, produk lokal bisa makin dikenal, tidak hanya sebatas di toko-toko tertentu seperti toko oleh-oleh saja. Produk yang sudah dikenal dan digabungkan dengan kualitas produk yang baik tentu berbanding lurus terhadap penjualan, yang akhirnya bisa memajukan UMKM itu sendiri.

“Kami terbuka terhadap produk UMKM, selama memenuhi izin yang ditetapkan pemerintah, mengikuti prosedur perusahaan dan produknya sendiri mempunyai kualitas baik,” terangnya.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024