(Catatan Perjalanan selama Kunjungan diplomatik di Liverpool Inggris, Bag I )


PERJALANAN ini dimulai Rabu 4 Desember pukul 15.30 Wita dengan menggunakan pesawat Batik Air menuju Jakarta, selama 2 jam dan 50 menit pada ketinggian 35.000 kaki diatas permukaan laut, dan tiba pukul 17.40 WIB.

Kami pindah ke  Terminal dua penerbangan ke London lewat Abu Dhabi yang sudah terjadwal pukul 01.30 WIB dengan penerbagan EY 471 Etihad Airways selama delapan jam dijadwalkan tiba di Abu Dhabi pukul 06.15 waktu setempat, karena ada selisih empat jam dengan Indonesia.

"Pertama kali menginjakan kaki di Bandara Abu Dhabi mata terpana dengan kemegahan bandara yang mampu menampung lalu lintas penumpang sebanyak 10 milyar orang pertahun," katanya.

Tak lama menunggu akhirnya panggilan boarding di gate 30 memanggil penumpang penerbangan Etihad jurusan London yang kali ini menggunakan pesawat Airbus 360-400 yang berkapasitas hampir 300 penumpang, praktis tak banyak yg bisa dilakukan dalam penerbangan yang berdurasi sekitar tujuh jam, kecuali tidur atau menikmati fasilitas entertaintmen yang di pesawat.

Tepat pukul 13.50 waktu London pesawat mendarat di Bandara London Heathrow, setelah melewati imigrasi dan berganti pakaian dingin ( suhu 7 derajat Celcius) rombongan yang berjumlah 10 orang anggota DPRD Kota Manado menuju KBRI di London di Grosvenor Square untuk melaporkan kedatangan serta kegiatan kami di Liverpool.

Di KBRI kami diterima Harry Kandou yang menjabat Deputy Chief De Mission dan Silvia Malau, staf khusus Kedubes untuk bidang ekonomi yang kemudian memaparkan juga kisah di balik terjadinya Sister City antara Liverpool dan Kota Manado termasuk kemajuan dari MoU yang sudah di sepakati terutama dalam poin Pendidikan.

Secara detil Harry juga memaparkan aturan-aturan diplomatik tentang kerjasama Sister City sebuah Kota di Indonesia dengan Kota di manapun di Dunia dan terpenting menjelaskan keuntungan, serta kepentingan negara jika kota kota di Indonesia mengadakan kerjasama Sister City terutama yang sedang di galakkan yaitu Pariwisata dan Industri Kreatif.

Ia  juga menyampaikan permintaan maaf Dubes T. Mohamad Hamzah Thayeb yang karena tugas membuka festival Gamelan di Dublin, Republik Irlandia di hari yang sama tak dapat menerima langsung rombongan kami.

Sekadar memberi tahun KBRI di London mencakup wilayah kerja United Kingdom ( Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara) dan Republik Irlandia dengan 'pasukan' berjumlah 50 orang ( 20 Diplomat dan 30 pegawai) yang melayani seluruh kepentingan Republik Indonesia.

Setelah pertemuan kami  makan malam di sebuah restoran Thailand di daerah Kengsington dan kemudian menuju hotel Ibis di daerah Wembley.


Pewarta : Oleh Richard Sualang
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024