Manado, (ANTARA Sulut) - Penyelenggaraan APEC Senior Finance Officials` Meeting (SFOM), di Sintesa Peninsula Manado 23-24 Mei, mengangkat financial inclusion sebagai pembahasan utama.
"Salah satu prioritas yang hendak dicapai lewat financial inclusion ini adalah menciptakan kesejahteraan dan pemerataan hasil pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat," kata Direktur Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI, Enny Panggabean, di Manado, Kamis malam.
Enny mengatakan, hal tersebut bisa dicapai melalui upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas lewat pemberdayaan komponen masyarakat yang potensinya belum tergali secara maksimal seperti UMKM.
"Seminar yang diselenggarakan menekankan pada pembahasan inovasi pada sisi instrumen dan infrastruktur, kerangka aturan, dan peran strategis dari public-private partnership untuk meningkatkan eligibilitas keuangan masyarakat miskin dan UMKM," katanya.
Perwakilan dari BKF Kementerian Keuangan RI, Hervan Brilianto Mursapdo mengatakan, tema umum yang diangkat dalam pembahasan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang gigih dan cepat pulih menghadapi dampak krisis global.
"Dan Sulawesi Utara khususnya Manado merupakan wilayah yang paling dekat ke Asia Pasifik karena berbatasan langsung dan pembangunanya berjalan dengan baik," kata Hervana.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Suhaedi, mengatakan, seminar financial inclusion dimanfaatkan untuk mengenalkan program BI Sulut yang sudah dilaksanakan sebagai penjabaran dari kebijakan yang dibuat Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"BI memediasi bantuan perbankan kepada UMKM dengan menggandeng lembaga keagamaan sebagai penjamin karena kami anggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk membantu perkembangan UMKM di Sulawesi Utara," kata Suhaedi.
Dengan demikian maka UMKM di Sulut bisa dibantu perkembangannya untuk mendapatkan bantuan kredit dari perbankan, dengan penjamin lembaga keagamaan seperti Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dari Kristen Protestan, Keuskupan dari Katolik dan Pasmusi dari Muslim dan ternyata sudah berjalan dengan baik.
(guntur/@antarasulut.com)
"Salah satu prioritas yang hendak dicapai lewat financial inclusion ini adalah menciptakan kesejahteraan dan pemerataan hasil pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat," kata Direktur Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI, Enny Panggabean, di Manado, Kamis malam.
Enny mengatakan, hal tersebut bisa dicapai melalui upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas lewat pemberdayaan komponen masyarakat yang potensinya belum tergali secara maksimal seperti UMKM.
"Seminar yang diselenggarakan menekankan pada pembahasan inovasi pada sisi instrumen dan infrastruktur, kerangka aturan, dan peran strategis dari public-private partnership untuk meningkatkan eligibilitas keuangan masyarakat miskin dan UMKM," katanya.
Perwakilan dari BKF Kementerian Keuangan RI, Hervan Brilianto Mursapdo mengatakan, tema umum yang diangkat dalam pembahasan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang gigih dan cepat pulih menghadapi dampak krisis global.
"Dan Sulawesi Utara khususnya Manado merupakan wilayah yang paling dekat ke Asia Pasifik karena berbatasan langsung dan pembangunanya berjalan dengan baik," kata Hervana.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Suhaedi, mengatakan, seminar financial inclusion dimanfaatkan untuk mengenalkan program BI Sulut yang sudah dilaksanakan sebagai penjabaran dari kebijakan yang dibuat Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"BI memediasi bantuan perbankan kepada UMKM dengan menggandeng lembaga keagamaan sebagai penjamin karena kami anggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk membantu perkembangan UMKM di Sulawesi Utara," kata Suhaedi.
Dengan demikian maka UMKM di Sulut bisa dibantu perkembangannya untuk mendapatkan bantuan kredit dari perbankan, dengan penjamin lembaga keagamaan seperti Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dari Kristen Protestan, Keuskupan dari Katolik dan Pasmusi dari Muslim dan ternyata sudah berjalan dengan baik.
(guntur/@antarasulut.com)