Jakarta (ANTARA) - Mercedes-Benz membuka pusat perangkat lunak (software) baru senilai 200 juta euro di Sindelfingen pada hari Jumat (8/4) waktu setempat.

Dikutip dari Reuters, Sabtu, investasi terbaru Mercedes-Benz tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan perangkat lunak internal menyusul perusahaan yang juga tengah berupaya menghadirkan sistem operasi MB.OS-nya ke pasar pada tahun 2024.

Sekitar 750 dari 3.000 karyawan baru yang rencananya akan dibawa oleh pembuat mobil mewah secara global untuk mengembangkan sistem operasi dipekerjakan di Sindelfingen, mengerjakan fitur-fitur mulai dari hiburan di dalam kendaraan hingga mengemudi secara otonom.

Pusat ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh Mercedes-Benz untuk merampingkan strategi perangkat lunaknya dari pendekatan tambal sulam yang membawa teknologi dari berbagai pemasok, hingga mengendalikan inti dari penawaran perangkat lunaknya sendiri.

"Kami bertanggung jawab atas arsitektur dan integrasi perangkat lunak - itu adalah tujuan utama kami," kata Chief Software Officer Magnus Oestberg.

"Kami tidak melakukan semuanya sendiri - kami menghargai kemitraan, tetapi tentu saja bagian yang paling penting bagi kami, kami lakukan sendiri," imbuhnya.

Baca juga: Rawat AC mobil bisa jadi pilihan mengisi waktu ngabuburit

Salah satu kemitraan tersebut adalah dengan spesialis grafis komputer AS Nvidia, yang dengannya Mercedes-Benz mencapai kesepakatan pada tahun 2020 untuk mengembangkan fungsi yang dibantu dan mengemudi sendiri yang akan menjadi bagian dari peluncuran sistem MB.OS dalam waktu dua tahun.

Produsen mobil itu menyebutkan terdapat 600 lowongan yang belum terisi untuk mencapai tujuannya membentuk tim global yang terdiri dari 10 ribu insinyur perangkat lunak di Berlin, Cina, India, Israel, Jepang, dan Amerika Serikat.

"Profil seorang insinyur perangkat lunak sangat dicari - permintaan jauh lebih tinggi daripada pasokan," kata Chief Technology Officer Markus Schaefer.

Dalam survei terhadap 572 eksekutif otomotif oleh lembaga penelitian Capgemini, 97 persen mengatakan bahwa empat dari 10 pekerja internal perlu memiliki keterampilan perangkat lunak dalam waktu lima tahun, mulai dari arsitek TI hingga profesional manajemen cloud hingga pakar keamanan siber.

Baca juga: Mengapa mobil listrik mahal harganya?
 

Pewarta : Arnidhya Nur Zhafira
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024