Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bhagasasi Bekasi berencana membentuk tim khusus yang bertugas menekan tingkat kehilangan atau kebocoran air saat proses produksi dan distribusi di jaringan perpipaan.
"Kemarin saya sudah minta untuk segera bentuk tim penanganan, saat kunjungan ke Rawa Tembaga, Kota Bekasi, yang merupakan kantor cabang penyumbang kebocoran terbesar bagi perusahaan kami," kata Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi Usep Rahman Salim di Cikarang, Jawa Barat, Kamis.
Menurut dia, kehilangan air merupakan salah satu kendala yang dialami perusahaan daerah air minum secara umum, termasuk yang kerap terjadi di PDAM Tirta Bhagasasi.
"Tinggal bagaimana cara dan upaya kita mengatasi kehilangan air ini agar bisa semakin ditekan atau diminimalisir," katanya.
Usep mengaku telah menginstruksikan setiap pimpinan di seluruh kantor cabang dan kantor cabang pembantu bersama semua karyawannya untuk bekerja maksimal serta saling koordinasi mengatasi persoalan ini.
"Saya sudah perintahkan 13 kepala cabang dan 13 kepala cabang pembantu baik di kota maupun kabupaten Bekasi untuk mampu mengatasi kebocoran air ini salah satunya dengan membentuk tim khusus tadi," katanya.
Setelah terbentuk, kata dia, tim tersebut bertugas melakukan pendataan terhadap titik-titik yang rawan kebocoran untuk kemudian dilaporkan serta ditindaklanjuti dengan pergantian jaringan perpipaan secara bertahap.
Tim juga dapat mengambil tindakan terhadap pelaku penyambungan koneksi ilegal. "Jika memiliki rekening PDAM, maka pelaku koneksi ilegal itu harus membayar tagihan hingga lunas, namun jika bukan pelanggan maka sanksi akan ditindaklanjuti Kejaksaan Negeri Kabupaten Bekasi," katanya.
Dia berpesan agar tim nantinya bisa bertugas sebaik mungkin dalam menekan tingkat kebocoran. Dengan demikian akan ada peningkatan pendapatan yang bisa dibukukan karena terjadi efisiensi.
Saat ini diketahui tingkat kehilangan air di PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi antara 27-30 persen. Penyebab utamanya usia teknis pipa, jaringan pipa terganggu pelebaran jalan, serta tekanan kendaraan.
"Karena sebagian besar jaringan perpipaan berada di pinggir jalan raya yang setiap saat dilalui kendaraan bertonase berat," kata dia.
"Kemarin saya sudah minta untuk segera bentuk tim penanganan, saat kunjungan ke Rawa Tembaga, Kota Bekasi, yang merupakan kantor cabang penyumbang kebocoran terbesar bagi perusahaan kami," kata Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi Usep Rahman Salim di Cikarang, Jawa Barat, Kamis.
Menurut dia, kehilangan air merupakan salah satu kendala yang dialami perusahaan daerah air minum secara umum, termasuk yang kerap terjadi di PDAM Tirta Bhagasasi.
"Tinggal bagaimana cara dan upaya kita mengatasi kehilangan air ini agar bisa semakin ditekan atau diminimalisir," katanya.
Usep mengaku telah menginstruksikan setiap pimpinan di seluruh kantor cabang dan kantor cabang pembantu bersama semua karyawannya untuk bekerja maksimal serta saling koordinasi mengatasi persoalan ini.
"Saya sudah perintahkan 13 kepala cabang dan 13 kepala cabang pembantu baik di kota maupun kabupaten Bekasi untuk mampu mengatasi kebocoran air ini salah satunya dengan membentuk tim khusus tadi," katanya.
Setelah terbentuk, kata dia, tim tersebut bertugas melakukan pendataan terhadap titik-titik yang rawan kebocoran untuk kemudian dilaporkan serta ditindaklanjuti dengan pergantian jaringan perpipaan secara bertahap.
Tim juga dapat mengambil tindakan terhadap pelaku penyambungan koneksi ilegal. "Jika memiliki rekening PDAM, maka pelaku koneksi ilegal itu harus membayar tagihan hingga lunas, namun jika bukan pelanggan maka sanksi akan ditindaklanjuti Kejaksaan Negeri Kabupaten Bekasi," katanya.
Dia berpesan agar tim nantinya bisa bertugas sebaik mungkin dalam menekan tingkat kebocoran. Dengan demikian akan ada peningkatan pendapatan yang bisa dibukukan karena terjadi efisiensi.
Saat ini diketahui tingkat kehilangan air di PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi antara 27-30 persen. Penyebab utamanya usia teknis pipa, jaringan pipa terganggu pelebaran jalan, serta tekanan kendaraan.
"Karena sebagian besar jaringan perpipaan berada di pinggir jalan raya yang setiap saat dilalui kendaraan bertonase berat," kata dia.