Jakarta (ANTARA) - Sejumlah warga yang merupakan pengendara kendaraan bermotor berharap harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax tidak naik signifikan.
Salah satu warga pengguna mobil, Laura, mengatakan, wacana kenaikan harga Pertamax hingga mencapai Rp16 ribu per liter dinilai cukup signifikan dan memberatkan.
"Masyarakat sebenarnya mendukung program pemerintah, cuma dengan kondisi pandemi saat ini memang membuat kami khawatir," kata Laura di Kampung Melayu, Jakarta, Kamis.
Menurut Laura, dampak pandemi COVID-19 membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia belum stabil, sehingga kenaikan harga Pertamax cukup memberatkan.
Karyawati swasta ini mengatakan, dirinya juga masih pikir-pikir untuk beralih menggunakan BBM jenis Pertalite apabila nantinya harga Pertamax naik. "Kalau beralih ke Pertalite saya pikir-pikir lagi karena oktan pengaruh ke mesin, keawetan mobil saya gimana," ujar Laura.
Pendapat serupa juga diungkapkan salah satu pengendara sepeda motor, Sukirman, yang berharap pemerintah tidak menaikkan harga Pertamax.
"Bagi saya kenaikan harga Pertamax itu berat. Rakyat saat ini sudah berat semua. Jadi mohon kalau bisa jangan dinaikkan khususnya bagi pengendara roda dua. Kalau untuk pejabat tidak apa-apa," ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi harga keekonomian bahan bakar minyak RON 92 jenis Pertamax bisa menembus Rp16.000 per liter pada April 2022.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan, harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari memicu harga keekonomian pertamax melambung.
"Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16.000 per liter," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat (25/3).
Salah satu warga pengguna mobil, Laura, mengatakan, wacana kenaikan harga Pertamax hingga mencapai Rp16 ribu per liter dinilai cukup signifikan dan memberatkan.
"Masyarakat sebenarnya mendukung program pemerintah, cuma dengan kondisi pandemi saat ini memang membuat kami khawatir," kata Laura di Kampung Melayu, Jakarta, Kamis.
Menurut Laura, dampak pandemi COVID-19 membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia belum stabil, sehingga kenaikan harga Pertamax cukup memberatkan.
Karyawati swasta ini mengatakan, dirinya juga masih pikir-pikir untuk beralih menggunakan BBM jenis Pertalite apabila nantinya harga Pertamax naik. "Kalau beralih ke Pertalite saya pikir-pikir lagi karena oktan pengaruh ke mesin, keawetan mobil saya gimana," ujar Laura.
Pendapat serupa juga diungkapkan salah satu pengendara sepeda motor, Sukirman, yang berharap pemerintah tidak menaikkan harga Pertamax.
"Bagi saya kenaikan harga Pertamax itu berat. Rakyat saat ini sudah berat semua. Jadi mohon kalau bisa jangan dinaikkan khususnya bagi pengendara roda dua. Kalau untuk pejabat tidak apa-apa," ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi harga keekonomian bahan bakar minyak RON 92 jenis Pertamax bisa menembus Rp16.000 per liter pada April 2022.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan, harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari memicu harga keekonomian pertamax melambung.
"Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16.000 per liter," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat (25/3).