Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan sejumlah universitas membentuk enam pusat kolaborasi riset (PKR) dengan masing-masing kompetensi dan ranah riset yang berbeda, mulai dari pengendalian penyakit tropis hingga biomaterial dari sumber daya kelautan.
"Skema ini memungkinkan BRIN memperkuat riset pada topik-topik tertentu yang bersifat strategis secara efisien. PKR BRIN dengan perguruan tinggi akan diperlakukan sama halnya seperti pusat riset reguler di dalam BRIN, termasuk dalam akses penuh ke semua skema fasilitasi sumber daya manusia dan riset," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi (Walidasi) Edisi Pusat Kolaborasi Riset di Jakarta, Jumat.
Dalam gelombang pertama skema PKR tersebut, empat PKR masing-masing diusulkan oleh Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Mulawarman, dan Universitas Indonesia, serta dua PKR dari Universitas Padjajaran.
Masing-masing universitas pengusul PKR berkolaborasi dengan pusat riset dan pusat penelitian di BRIN dan pihak lain seperti industri, rumah sakit atau universitas lain.
Handoko menuturkan PKR merupakan skema penguatan kapasitas dan kompetensi riset pada bidang riset spesifik dengan mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang telah ada di kampus mitra sebagai lokasi PKR dan pusat riset terkait di BRIN.
Enam PKR tersebut adalah PKR Biosensor dan Biodivais Untuk Pengendalian Penyakit Tropis dan Wabah Penyakit yang diusulkan oleh Prof Brian Yuliarto dan tim dari Institut Teknologi Bandung, yang akan bekerja sama dengan Pusat Riset Kimia dan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi BRIN.
Pusat Kolaborasi Riset Biofilm yang diusulkan Prof Titik Nuryastuti dan tim dari Universitas Gadjah Mada akan berkolaborasi dengan Pusat Riset Bioteknologi BRIN, Universitas Jenderal Soedirman dan RSUP Dr Sardjito.
Pusat Kolaborasi Riset Kosmetik Berteknologi Nano Berbasis Biomassa yang diajukan Prof Enos Tangke Arung dan tim dari Universitas Mulawarman akan melibatkan Pusat Riset Biomaterial dan Pusat Riset Kimia BRIN.
Selanjutnya, PKR terkait Riset Metabolomik Fungsional: Biomarker dan Mekanismenya yang diusulkan Prof Abdul Munim dan tim dari Universitas Indonesia, akan berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Bioteknologi BRIN.
Penelitian dan Pengembangan Biomaterial Dari Sumber Daya Hayati Kelautan yang diajukan Emma Rochima dan tim dari Universitas Padjajaran, akan melibatkan Pusat Riset Biomaterial dan Pusat Riset Kebun Raya BRIN serta PT Miko Bahtera Nusantara.
Pusat Kolaborasi Riset Biomassa Dan Biorefineri yang diusulkan Dr Efri Mardawati dan tim dari Universitas Padjajaran, akan berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin, dan Pusat Riset Biomaterial dan Pusat Penelitian Limnologi BRIN.
Diharapkan, PKR tersebut menghasilkan output riset yang maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang jauh melebihi miliknya, yaitu dengan cara mengoptimalkan sumber daya yang berada di masing-masing pihak yang terlibat dalam kolaborasi riset tersebut, seperti sumber daya di perguruan tinggi, BRIN, dan atau industri.
"Skema ini memungkinkan BRIN memperkuat riset pada topik-topik tertentu yang bersifat strategis secara efisien. PKR BRIN dengan perguruan tinggi akan diperlakukan sama halnya seperti pusat riset reguler di dalam BRIN, termasuk dalam akses penuh ke semua skema fasilitasi sumber daya manusia dan riset," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi (Walidasi) Edisi Pusat Kolaborasi Riset di Jakarta, Jumat.
Dalam gelombang pertama skema PKR tersebut, empat PKR masing-masing diusulkan oleh Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Mulawarman, dan Universitas Indonesia, serta dua PKR dari Universitas Padjajaran.
Masing-masing universitas pengusul PKR berkolaborasi dengan pusat riset dan pusat penelitian di BRIN dan pihak lain seperti industri, rumah sakit atau universitas lain.
Handoko menuturkan PKR merupakan skema penguatan kapasitas dan kompetensi riset pada bidang riset spesifik dengan mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang telah ada di kampus mitra sebagai lokasi PKR dan pusat riset terkait di BRIN.
Enam PKR tersebut adalah PKR Biosensor dan Biodivais Untuk Pengendalian Penyakit Tropis dan Wabah Penyakit yang diusulkan oleh Prof Brian Yuliarto dan tim dari Institut Teknologi Bandung, yang akan bekerja sama dengan Pusat Riset Kimia dan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi BRIN.
Pusat Kolaborasi Riset Biofilm yang diusulkan Prof Titik Nuryastuti dan tim dari Universitas Gadjah Mada akan berkolaborasi dengan Pusat Riset Bioteknologi BRIN, Universitas Jenderal Soedirman dan RSUP Dr Sardjito.
Pusat Kolaborasi Riset Kosmetik Berteknologi Nano Berbasis Biomassa yang diajukan Prof Enos Tangke Arung dan tim dari Universitas Mulawarman akan melibatkan Pusat Riset Biomaterial dan Pusat Riset Kimia BRIN.
Selanjutnya, PKR terkait Riset Metabolomik Fungsional: Biomarker dan Mekanismenya yang diusulkan Prof Abdul Munim dan tim dari Universitas Indonesia, akan berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Bioteknologi BRIN.
Penelitian dan Pengembangan Biomaterial Dari Sumber Daya Hayati Kelautan yang diajukan Emma Rochima dan tim dari Universitas Padjajaran, akan melibatkan Pusat Riset Biomaterial dan Pusat Riset Kebun Raya BRIN serta PT Miko Bahtera Nusantara.
Pusat Kolaborasi Riset Biomassa Dan Biorefineri yang diusulkan Dr Efri Mardawati dan tim dari Universitas Padjajaran, akan berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin, dan Pusat Riset Biomaterial dan Pusat Penelitian Limnologi BRIN.
Diharapkan, PKR tersebut menghasilkan output riset yang maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang jauh melebihi miliknya, yaitu dengan cara mengoptimalkan sumber daya yang berada di masing-masing pihak yang terlibat dalam kolaborasi riset tersebut, seperti sumber daya di perguruan tinggi, BRIN, dan atau industri.