Ribut-ribut bumi mau kiamat. Gara-gara muncul ramalan bangsa Maya, umat manusia di penjuru dunia sibuk ngobrol soal kiamat, termasuk warga di Indonesia. 

Saat itu bombastis, giringan isu kiamat mengemuka di semua lapisan masyarakat, yang katanya akan menghancur leburkan manusia, beserta kehidupan makhluk seluruh alam semesta. 

Dinanti, dipikir, diamati, diwanti-wanti, sampai juga ditunggu-tunggu, ternyata kiamat besar yang dimaksud itu tak terjadi. Buktinya, langit dan kapas awan masih di atas kulit bumi, tetap melindungi planet biru ini. 

Gunung dan perbukitan pun, masih setia menempel di daratan, tak berterbangan ke udara. Lautan yang terhampar luas pun masih enggan mengguyur tanah bak Tsunami besar. Ya, inilah kenangan tahun 2012, anggaplah isu kiamat sebagai intermezo dalam dinamika kehidupan. 

Soal kiamat itu, hak preogratifnya ada di Tuhan Yang Maha Esa, sebagai penentu utama, bukan dari sebuah ramalan penanggalan tafsiran manusia, yang katanya terjadi pada 12 Desember 2012. 
Kalau pun memang kiamat di tahun 2012 betul terjadi, rasanya teramat cepat. 
Pasalnya di Indonesia sendiri, tim sepakbola nasionalnya belum pernah cicipi gelora heroik di kompetisi mega dunia seperti negara Brazil, Italia, Jepang, Nigeria yang sering jadi langganan kualifikasi sepakbola tingkat global. 

Lucunya, sepakbola di Indonesia malah organisasi sepakbola nasionalnya yang ‘kiamat’. Hancur lebur, pengurusnya saling sikut sana-sikut sini. Jadinya, program pengembangan sepakbola Indonesia ‘abu-abu’, prestasinya sangat anjlok. 

Untuk raih mahkota raja di Asia Tenggara saja gagal total, kesuksesannya masih tertunda terus.  Akibatnya, suporter Indonesia terus dirundung kesedihan yang tak berkesudahan.

Bumi mau kiamat ? Ya Tuhan janganlah dulu. Beri dulu kesempatan, agar Indonesia memiliki catatan sebagai negara ‘Super Power’, layaknya julukan yang dimiliki oleh Amerika Serikat atau juga sebagai ‘Macan Asia’ seperti sebutan dari negara Jepang dan Cina.

Tuhan, janganlah dulu kiamat di tahun 2012. Persoalan-persoalan yang ada di Indonesia belum banyak tuntas. Kurang seru bila terompet sangkakala kiamat bumi di tiupkan oleh malaikat Mu. 

Indonesia masih menyimpan polemik yang tak berujung, persoalan ruwet, bagai benang kusut, terus mengglayut tak tuntas.

Tuhan, tahanlah dulu kiamatnya. Berilah kesempatan Gubernur DKI Jakarta Jokowi menata Jakarta lebih baik, yang bebas banjir, tidak macet lalu-lintasnya, dan sejuk rindang lingkungannya. 

Kasih juga kesempatan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Sarundajang untuk memajukan Manado dan sekitarnya menjadi daerah yang memiliki kekuatan ekonomi gerbang Asia Pasifik. 

Tuhan, berikan juga peluang panjang riwayat bumi agar Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mampu wujudkan mimpi, Gorontalo memiliki jalan Ringroad terpanjang, yang terbentang dari Kabupaten Gorontalo hingga Kotamadya Gorontalo demi menggairahkan ekonomi daerah, serta program pendidikan gratis berkualitas, agar sumber daya manusia yang di miliki Gorontalo memiliki kompetitif, berkualitas dan bermoral tinggi.

Tuhan, jikalau kiamat terjadi di tahun 2012, kasihan di antara mereka yang memegang amanah sebagai legislator Republik Indonesia, sebab pintu siksa jurang neraka terbuka lebar bagi mereka. 

Bagaimana tidak akan masuk neraka ? cara kerja di antara mereka sebagai Dewan Perwakilan Rakyat saja, masih hanya mengutamakan nilai materialistik. 

Perjuangan kepentingan publik ditanggalkan, mereka hanya pandai bersandiwara dan pura-pura lupa ingatan atas semua aspirasi yang disampaikan dari rakyat. 

Mereka pekerja Dewan terhormat harusnya menjalankan fungsi legislasi, bertugas membuat Undang-undang atau Peraturan Daerah demi tergapainya sebuah negara hukum yang ideal. 

Tapi malahan tahun 2012, masih terlihat ada yang memilih kunjungan ke luar daerah, atau mancanegara tanpa tujuan jelas. 

Hasilnya, hanya berikan rasa gembira bagi gerombolan ‘Dewan Terhormat’, karena bisa plesiran bebas kemana saja pakai uang rakyat. 

Produk hukum yang dihasilkannya pun ironis, tidak capai target yang telah ditentukan. Hanya sebatas retorika, utopia yang tak terjangkau. Efeknya, atmosfir negara Indonesia ini seakan masih mengalami ‘kekosongan hukum’. 

Sisi lain, pakar dan praktisi ekonomi yang tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (KADIN) mengungkapkan kerisauan. Bahwa tahun 2012, ekonomi Indonesia masih sedang mengalami kesulitan. 

Inikah yang dinamakan kiamat ekonomi Indonesia ?, tidaklah, ini belum tamat. Insyaallah, Tuhan masih berikan kesempatan ke depan di tahun 2013. Indonesia bisa bangkit, tidak lagi terpuruk kondisi ekonominya.

Asal saja, para pemilik modal besar, yang punya 'gurita konglomerasi' mau berlaku adil, tidak serakah menghisap dengan gaya ekonomi liberalismenya. 

Cobalah membuka kembali gagasan ekonomi yang di sampaikan oleh seorang negarawan Republik Indonesia, Tan Malaka, yang disinggung dalam karyanya, Merdeka 100 Persen: Tiga Percakapan Ekonomi Politik, yang menekankan penerapan ekonomi sosialis.

Kata Tan Malaka, ekonomi sosialis itu ekonomi teratur, produksi diimbangi dengan konsumsi, bukan lewat jalan anarkis kapitalis liberal. 

Ekonomi sosialis itu mendasarkan pada prinsip sama-rata dan tolong-menolong, yang tataran praktisnya berwajah koperasi seperti yang digagas oleh Muhammad Hatta.

Lain hal lagi, kenapa KADIN mengingatkan Ekonomi Indonesia masih di rundung kegalauan. Lihat saja, kelakuan para pejabat negara kita, belum ada yang mencerminkan seorang negarawan, kering tauladan. 

Negara ini masih dominan dikuasi ‘raja-raja kecut’ yang kerjanya menguasai uang rakyat untuk dikorup. 

Misalkan saja, contoh kecil yang terjadi, kebijakan pendidikan Indonesia yang ditelurkan oleh pemegang kuasa pemerintahan masih berorientasi proyek industri, sebagai ladang untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. 

Jelas saja, ini bertentangan sekali dengan apa yang diidamkan oleh Tan Malaka, pendidikan itu tujuan utamanya menciptakan manusia yang sosialis, demokratis, kritis dan revolusioner. 

Jauh-jauh hari, Tan Malaka sudah mengimbau kepada bangsa Indonesia, bahwa kemerdekaan rakyat hanya didapat dengan pendidikan kerakyatan. 

Gunanya ialah, agar mampu menangkal keganasan kekuasaan kapitalis pendidikan, dan bukannya untuk kepentingan status quo ideologi. 

Itulah kenapa, tesis dari Francis Fukuyama di bukunya The End of History and The Last Man, mesti wajib dikritisi, soal ideologi manusia yang dimenangkan oleh bendera demokrasi liberal dan kapitalisme liberal.

Mental pejabat negara, sebagai ‘jongos rakyat’ yang melayani rakyat, tidak terlihat. Maunya orang-orang yang menjabat, supaya dapat pelayanan serba wow dari rakyat. 

Pejabat berkarakter ‘jongos rakyat’, ibarat barang yang langka di negeri Nusantara ini, miskin kader untuk golongan yang seperti ini. 

Akibatnya, timbul ketidakadilan sosial dan tercedera ‘kedamaian’ ekonomi Indonesia. Langkahnya adalah, dibutuhkan sifat dasar, kebiasan dan akal, bila ingin memunculkan individu yang baik dan bijak seperti yang di gagas oleh Aristoteles dalam kitabnya berjudul, Politik.

Indonesia, planet bumi belum hancur porak-poranda. Tuhan masih berbaik hati, memperpanjang usia bumi. Kiamat masih belum pasti, kapan ia akan datang menghampiri. Yang pasti, manusia dan makhluk hidup lainnya tetap berserah kepada Tuhan sang Maha Pencipta Segalanya.

Sebagai manusia Indonesia, tidak perlu memusingkan kapan kiamat itu datang secara persis. Hal utama yang harus dipegang teguh adalah, marilah berlomba-lomba dalam mencari amal kebaikan bagi semua alam semesta ini. 

Niatkan selalu dalam derap langkah Grak Tuk Kebaikan, memajukan pribadi yang unggul dan baik bagi masyarkat berbangsa dan bernegara.  

Lewati tahun-tahun masehi, songsong tahun baru 2013 dengan berbahagia dan optimisme tinggi. Mampu gemparkan dunia dengan terobosan-terobosan energik yang inovatif, demi mewujudkan semangat perubahan dan pembaharuaan.  Happy New Year 2013. Jayalah negeri ini !

Pewarta : Budi Susilo (Jong), Jurnalis
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024