Jakarta (ANTARA) - Nama Pratama Arhan kembali menjadi pantauan dari penggemar sepak bola Indonesia setelah resmi direkrut oleh klub peserta Liga Jepang, Meiji Yasuda J2 League, Tokyo Verdy meski sebelumnya tersiar kabar akan merapat ke salah satu klub di Eropa.
Pemain berusia 20 tahun ini sebelumnya menjadi perbincangan saat memperkuat timnas Indonesia mulai level -19 hingga senior. Bahkan pada gelaran Piala AFF 2020, lajang asal Blora Jawa Tengah ini diganjar dengan predikat pemain muda terbaik.
Tidak hanya itu, pemain yang sebelumnya menjadi tulang punggung PSIS Semarang itu juga mempunyai kelebihan yang jarang dimiliki pemain lain yakni lemparan ke dalam jauh ke kontak penalti. Keahliannya ini juga dibuktikan saat memperkuat timnas melawan Timor Leste.
Dengan bergabung Tokyo Verdy, Arhan menambah daftar pemain Indonesia yang merasakan ketatnya kompetisi di Negeri Sakura. Sebelumnya ada nama Ricky Yacobi, Irfan Bachdim, hingga Stefano Lilipaly.
Menilik usia yang masih muda dan posisi yang berbeda dengan pendahulunya, pemain yang banyak mendapatkan polesan dari pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong ini memiliki peluang yang besar untuk menyodok tim utama Tokyo Verdy.
Arhan merupakan pemain dengan spesialis bek kiri, berbeda dengan Ricky Yacobi dan Irfan Bachdim sebagai pemain depan serta Stefano Lilipaly sebagai pemain tengah. Kedua posisi ini (tengah dan depan) dikenal memiliki persaingan yang ketat untuk mendapatkannya.
Tidak hanya pemain Indonesia. Pemain asal Asia Tenggara lainnya juga banyak yang kesulitan menembus tim utama timnya. Sebut saja pemain asal Thailand Teerasil Dangda yang berposisi sebagai penyerang sempat kesulitan mendapat tempat inti lini depan lini depan dan mencetak gol saat membela Sanfrecce Hiroshima dan Shimizu S-Pulse.
Begitu juga dengan penjaga gawang asal Vietnam Dang Van Lam yang bahkan sama sekali tidak bisa menembus posisi utama di Cerezo Osaka.
Dengan posisi bek kiri, peluang Arhan untuk menarik perhatian pelatih Tokyo Verdy memang terbuka. Apalagi pemain asal Blora ini mempunyai banyak keahlian yang bisa dimaksimalkan selain sebagai pelempar ke dalam jauh ke kotak penalti.
Berkaca Theerathon Bunmathan
Sebagai bek diri, Arhan mempunyai kesamaan posisi dengan Theerathon Bunmathan. Yang membedakan adalah pemain muda Indonesia itu bermain di Meiji Yasuda J2 League sedangkan pemain asal Thailand itu berlaga di Meiji Yasuda J1 League.
Theerathon Bunmathan selama di Liga Utama Jepang memperkuat dua tim yakni Visel Kobe dan Yokohama F. Marinos.
Di Visel Kobe, Bunmathan bisa bermain bersama nama-nama besar dunia seperti Lucas Podolski, David Villa, hingga Andres Iniesta di Vissel kobe. Total, semusim ia bermain 35 kali di semua ajang dengan catatan empat assist, 28 penampilan di antaranya terjadi di Meiji Yasuda J1 League.
Bersama Yokohama F. Marinos, Bunmathan tampil luar biasa, bermain 25 kali dengan catatan tiga gol dan empat assist, serta berhasil membawa Marinos jadi juara Liga Jepang.
Theerathon Bunmathan tercatat jadi orang Thailand pertama yang berhasil jadi juara J.League dan dengan penampilan apiknya ia diganjar kontrak permanen selama dua tahun sampai akhir musim 2021.
Selama Marinos, Theerathon bermain 94 kali di semua ajang dengan mencatat empat gol dan 11 assist. Dia juga menjadi sosok tidak tergantikan di lini kiri pertahanan tim.
Apa yang terjadi pada Bunmathan bisa saja diikuti Pratama Arhan. Pemain yang dibesarkan oleh PSIS Semarang ini memiliki kriteria posisi dan kemampuan yang mendekati pemain asal Thailand itu.
Pesaing bek kiri
Meski memiliki kemampuan yang sedang menanjak, bukan berarti perjalanan Pratama Arhan di Tokyo Verdy akan mudah. Pemain timnas Indonesia itu harus tetap mengejar posisi bersama dengan pemain lama yang jelas lebih senior dan berpengalaman.
Di Tokyo Verdy ada pemain yang berposisi sebagai bek kiri yakni Tatsuya Yamaguchi (22 tahun) dan Yuta Narawa (34 tahun). Akan tetapi, pada laga perdana musim ini lawan V-Varen Nagasaki, keduanya tak tampak dalam skuad yang dibawa oleh pelatih Takafumi Hori.
Pada laga perdana tersebut, posisi bek kiri diisi oleh Daiki Fukazawa dalam formasi 4-3-3. Padahal Fukazawa aslinya adalah seorang bek kanan. Musim lalu ia turun 15 kali di J2 League dan selalu bermain sebagai bek kanan utama bagi Tokyo Verdy.
Artinya, Pratama Arhan punya kans besar untuk merebut hati pelatih dan menjadi pemain inti di pos bek kiri. Apalagi Arhan dikenal sebagai sosok full-back yang gemar menyerang, dengan Verdy memang sangat mengandalkan serangan dari sisi sayap, terutama sayap kiri.
Pada laga lawan Nagasaki, tercatat sebanyak 63 persen serangan Tokyo Verdy berawal dari sisi kiri, dengan hanya 20 persen dari sisi tengah, dan 17 persen sisanya dari sisi kanan.
Kini, pemain asal Blora Jawa Tengah sepertinya mempunyai peluang besar untuk mengikuti jejak karier Theerathon Bunmathan di J.League.
Bawa promosi
Meski belum bergabung bersama tim, Pratama Arhan ternyata sudah mempunyai target sendiri di timnya. Jika diberikan kesempatan, pemain berusia 20 tahun ini bertekad membawa Tokyo Verdy dari kasta ke Meiji Yasuda J1 League.
Dalam video yang diunggah di akun Twitter @TokyoVerdySTAFF, Pratama Arhan mengaku ingin berkontribusi maksimal terhadap timnya.
Bahkan, Arhan membeberkan beberapa aspek dari dirinya yang dapat mendukung penampilan timnya tersebut. Namun, dia juga menyadari bahwa dirinya tidak akan bisa berhasil tanpa dukungan dari pihak lain terutama rekan-rekannya nanti.
Empat aspek yang dimiliki pemain binaan SSB Putra Mustika, Blora adalah memiliki kecepatan di sisi kiri, 'crossing' (umpan silang), suplai bola dan lemparan ke dalam jauh ke kotak penalti.
Masuknya Arhan juga menjadi berkah bagi Tokyo Verdy. Akun media sosialnya banyak mendapatkan perhatian dan pengikut Instagramnya bakal bisa menjadi yang tertinggi diantara klub-klub Liga Jepang.
Namun, menjadi pantauan di media sosial diharapkan tidak menjadikan Pratama Arhan demam panggung. Pemain muda ini diharapkan mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya di lapangan karena hasil di Jepang bisa saja menjadi jembatan bagi pemain Indonesia lain berkarir di Negeri Sakura.
Banyak pemain muda Indonesia yang saat ini mulai mampu menggeser pemain senior baik di klub maupun timnas. Sebut saja pemain Persebaya Surabaya Marselino Ferdinan maupun pemain Madura United, Ronaldo Kwateh. Mereka cukup layak mengikuti jejak Pratama Arhan.
Pemain berusia 20 tahun ini sebelumnya menjadi perbincangan saat memperkuat timnas Indonesia mulai level -19 hingga senior. Bahkan pada gelaran Piala AFF 2020, lajang asal Blora Jawa Tengah ini diganjar dengan predikat pemain muda terbaik.
Tidak hanya itu, pemain yang sebelumnya menjadi tulang punggung PSIS Semarang itu juga mempunyai kelebihan yang jarang dimiliki pemain lain yakni lemparan ke dalam jauh ke kontak penalti. Keahliannya ini juga dibuktikan saat memperkuat timnas melawan Timor Leste.
Dengan bergabung Tokyo Verdy, Arhan menambah daftar pemain Indonesia yang merasakan ketatnya kompetisi di Negeri Sakura. Sebelumnya ada nama Ricky Yacobi, Irfan Bachdim, hingga Stefano Lilipaly.
Menilik usia yang masih muda dan posisi yang berbeda dengan pendahulunya, pemain yang banyak mendapatkan polesan dari pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong ini memiliki peluang yang besar untuk menyodok tim utama Tokyo Verdy.
Arhan merupakan pemain dengan spesialis bek kiri, berbeda dengan Ricky Yacobi dan Irfan Bachdim sebagai pemain depan serta Stefano Lilipaly sebagai pemain tengah. Kedua posisi ini (tengah dan depan) dikenal memiliki persaingan yang ketat untuk mendapatkannya.
Tidak hanya pemain Indonesia. Pemain asal Asia Tenggara lainnya juga banyak yang kesulitan menembus tim utama timnya. Sebut saja pemain asal Thailand Teerasil Dangda yang berposisi sebagai penyerang sempat kesulitan mendapat tempat inti lini depan lini depan dan mencetak gol saat membela Sanfrecce Hiroshima dan Shimizu S-Pulse.
Begitu juga dengan penjaga gawang asal Vietnam Dang Van Lam yang bahkan sama sekali tidak bisa menembus posisi utama di Cerezo Osaka.
Dengan posisi bek kiri, peluang Arhan untuk menarik perhatian pelatih Tokyo Verdy memang terbuka. Apalagi pemain asal Blora ini mempunyai banyak keahlian yang bisa dimaksimalkan selain sebagai pelempar ke dalam jauh ke kotak penalti.
Berkaca Theerathon Bunmathan
Sebagai bek diri, Arhan mempunyai kesamaan posisi dengan Theerathon Bunmathan. Yang membedakan adalah pemain muda Indonesia itu bermain di Meiji Yasuda J2 League sedangkan pemain asal Thailand itu berlaga di Meiji Yasuda J1 League.
Theerathon Bunmathan selama di Liga Utama Jepang memperkuat dua tim yakni Visel Kobe dan Yokohama F. Marinos.
Di Visel Kobe, Bunmathan bisa bermain bersama nama-nama besar dunia seperti Lucas Podolski, David Villa, hingga Andres Iniesta di Vissel kobe. Total, semusim ia bermain 35 kali di semua ajang dengan catatan empat assist, 28 penampilan di antaranya terjadi di Meiji Yasuda J1 League.
Bersama Yokohama F. Marinos, Bunmathan tampil luar biasa, bermain 25 kali dengan catatan tiga gol dan empat assist, serta berhasil membawa Marinos jadi juara Liga Jepang.
Theerathon Bunmathan tercatat jadi orang Thailand pertama yang berhasil jadi juara J.League dan dengan penampilan apiknya ia diganjar kontrak permanen selama dua tahun sampai akhir musim 2021.
Selama Marinos, Theerathon bermain 94 kali di semua ajang dengan mencatat empat gol dan 11 assist. Dia juga menjadi sosok tidak tergantikan di lini kiri pertahanan tim.
Apa yang terjadi pada Bunmathan bisa saja diikuti Pratama Arhan. Pemain yang dibesarkan oleh PSIS Semarang ini memiliki kriteria posisi dan kemampuan yang mendekati pemain asal Thailand itu.
Pesaing bek kiri
Meski memiliki kemampuan yang sedang menanjak, bukan berarti perjalanan Pratama Arhan di Tokyo Verdy akan mudah. Pemain timnas Indonesia itu harus tetap mengejar posisi bersama dengan pemain lama yang jelas lebih senior dan berpengalaman.
Di Tokyo Verdy ada pemain yang berposisi sebagai bek kiri yakni Tatsuya Yamaguchi (22 tahun) dan Yuta Narawa (34 tahun). Akan tetapi, pada laga perdana musim ini lawan V-Varen Nagasaki, keduanya tak tampak dalam skuad yang dibawa oleh pelatih Takafumi Hori.
Pada laga perdana tersebut, posisi bek kiri diisi oleh Daiki Fukazawa dalam formasi 4-3-3. Padahal Fukazawa aslinya adalah seorang bek kanan. Musim lalu ia turun 15 kali di J2 League dan selalu bermain sebagai bek kanan utama bagi Tokyo Verdy.
Artinya, Pratama Arhan punya kans besar untuk merebut hati pelatih dan menjadi pemain inti di pos bek kiri. Apalagi Arhan dikenal sebagai sosok full-back yang gemar menyerang, dengan Verdy memang sangat mengandalkan serangan dari sisi sayap, terutama sayap kiri.
Pada laga lawan Nagasaki, tercatat sebanyak 63 persen serangan Tokyo Verdy berawal dari sisi kiri, dengan hanya 20 persen dari sisi tengah, dan 17 persen sisanya dari sisi kanan.
Kini, pemain asal Blora Jawa Tengah sepertinya mempunyai peluang besar untuk mengikuti jejak karier Theerathon Bunmathan di J.League.
Bawa promosi
Meski belum bergabung bersama tim, Pratama Arhan ternyata sudah mempunyai target sendiri di timnya. Jika diberikan kesempatan, pemain berusia 20 tahun ini bertekad membawa Tokyo Verdy dari kasta ke Meiji Yasuda J1 League.
Dalam video yang diunggah di akun Twitter @TokyoVerdySTAFF, Pratama Arhan mengaku ingin berkontribusi maksimal terhadap timnya.
Bahkan, Arhan membeberkan beberapa aspek dari dirinya yang dapat mendukung penampilan timnya tersebut. Namun, dia juga menyadari bahwa dirinya tidak akan bisa berhasil tanpa dukungan dari pihak lain terutama rekan-rekannya nanti.
Empat aspek yang dimiliki pemain binaan SSB Putra Mustika, Blora adalah memiliki kecepatan di sisi kiri, 'crossing' (umpan silang), suplai bola dan lemparan ke dalam jauh ke kotak penalti.
Masuknya Arhan juga menjadi berkah bagi Tokyo Verdy. Akun media sosialnya banyak mendapatkan perhatian dan pengikut Instagramnya bakal bisa menjadi yang tertinggi diantara klub-klub Liga Jepang.
Namun, menjadi pantauan di media sosial diharapkan tidak menjadikan Pratama Arhan demam panggung. Pemain muda ini diharapkan mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya di lapangan karena hasil di Jepang bisa saja menjadi jembatan bagi pemain Indonesia lain berkarir di Negeri Sakura.
Banyak pemain muda Indonesia yang saat ini mulai mampu menggeser pemain senior baik di klub maupun timnas. Sebut saja pemain Persebaya Surabaya Marselino Ferdinan maupun pemain Madura United, Ronaldo Kwateh. Mereka cukup layak mengikuti jejak Pratama Arhan.