Manado (ANTARA) - Patung tembaga konumen misionaris Johann Gottlieb Schwarz, yang dipugar Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Prabowo Subianto, berdiri megah di depan gedung GMIM Sentrum Langowan.
Patung yang dipugar Prabowo Subianto itu, diresmikan 20 Desember 2021 dengan tinggi enam meter, dan ditopang enam pilar penyangga, dibuat oleh seniman patung Yogyakarta Dunadi, sebagai tanda penghormatan kepada penginjil di tanah Minahasa itu, sekaligus kecintaan kepada tanah kelahiran ibundanya, Dora Sigar.
Peresmian replika tersebut dilakukan dalam ibadah yang dipimpin oleh ketua Sinode GMIM Pdt Dr. Hein Arina.
Sementara Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, atas nama pemerintah dan masyarakat Nyiur Melambai, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prabowo karena telah menjadi inisiator dan juga mendanai pembuatan patung ini secara pribadi.
Secara terpisah, Ferdinand Mewengkang, tokoh masyarakat Sulut mengapresiasi Prabowo atas pembangunan monumen dan patung Pendeta Schwarz ini, dengan alasan utamanya karena ibunda tercinta yang bernama Dora Sigar adalah orang Langowan asli.
"Ini sumbangan pribadi bapak Parabowo Subianto. Bukti kecintaan beliau pada tanah leluhurnya, Minahasa,” kata Ferdinand.
Patung Schwarz ini adalah warisan bagi masyarakat Kristen Minahasa untuk mereka bisa mengingat Injil masuk di tanah Minahasa.
Pendeta Schwarz sangat dihormati masyarakat Minahasa karena “kabar baik" yang mereka bawa. Agama Kristen pun tumbuh subur di Minahasa dan diikuti oleh kemajuan bidang pendidikan.
Pendeta Schwarz hidup sezaman dengan Johann Friedrich Riedel (1798-1860) yang mengkristenkan Tondano dan sekitarnya. Sebelum kedua penginjil itu datang, orang Minahasa menganut agama lokal Alifuru.
Tanah Minahasa sendiri dan terutama Langowan punya arti spesial bagi Prabowo. Dari sanalah muasal leluhur keluarga Prabowo dari pihak ibunya, Dora Marie Sigar.
Dora Sigar adalah keturunan dari Tawaijln Sigar alias Benjamin Thomas Sigar, seorang pemuka masyarakat yang pernah jadi hukum besar atau mayor di Langowan, hidup sezaman dengan Pendeta Schwarz.
Setelah Perang Jawa selesai dan Schwarz masuk ke Langowan, masyarakat di sana perlahan meninggalkan kepercayaan lamanya.
Kabar baik yang dibawa Schwarz lalu diimani oleh rakyat Langowan, termasuk keluarga Benjamin, nenek moyang Prabowo.
Sesuai dengan waktunya, pengerjaan patung ini pun berhasil rampung sebelum Hari Raya Natal, dan menjadi hadiah Natal bagi umat Kristen di Sulawesi Utara, khususnya masyarakat Minahasa dan Langowan.**
Patung yang dipugar Prabowo Subianto itu, diresmikan 20 Desember 2021 dengan tinggi enam meter, dan ditopang enam pilar penyangga, dibuat oleh seniman patung Yogyakarta Dunadi, sebagai tanda penghormatan kepada penginjil di tanah Minahasa itu, sekaligus kecintaan kepada tanah kelahiran ibundanya, Dora Sigar.
Peresmian replika tersebut dilakukan dalam ibadah yang dipimpin oleh ketua Sinode GMIM Pdt Dr. Hein Arina.
Sementara Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, atas nama pemerintah dan masyarakat Nyiur Melambai, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prabowo karena telah menjadi inisiator dan juga mendanai pembuatan patung ini secara pribadi.
Secara terpisah, Ferdinand Mewengkang, tokoh masyarakat Sulut mengapresiasi Prabowo atas pembangunan monumen dan patung Pendeta Schwarz ini, dengan alasan utamanya karena ibunda tercinta yang bernama Dora Sigar adalah orang Langowan asli.
"Ini sumbangan pribadi bapak Parabowo Subianto. Bukti kecintaan beliau pada tanah leluhurnya, Minahasa,” kata Ferdinand.
Patung Schwarz ini adalah warisan bagi masyarakat Kristen Minahasa untuk mereka bisa mengingat Injil masuk di tanah Minahasa.
Pendeta Schwarz sangat dihormati masyarakat Minahasa karena “kabar baik" yang mereka bawa. Agama Kristen pun tumbuh subur di Minahasa dan diikuti oleh kemajuan bidang pendidikan.
Pendeta Schwarz hidup sezaman dengan Johann Friedrich Riedel (1798-1860) yang mengkristenkan Tondano dan sekitarnya. Sebelum kedua penginjil itu datang, orang Minahasa menganut agama lokal Alifuru.
Tanah Minahasa sendiri dan terutama Langowan punya arti spesial bagi Prabowo. Dari sanalah muasal leluhur keluarga Prabowo dari pihak ibunya, Dora Marie Sigar.
Dora Sigar adalah keturunan dari Tawaijln Sigar alias Benjamin Thomas Sigar, seorang pemuka masyarakat yang pernah jadi hukum besar atau mayor di Langowan, hidup sezaman dengan Pendeta Schwarz.
Setelah Perang Jawa selesai dan Schwarz masuk ke Langowan, masyarakat di sana perlahan meninggalkan kepercayaan lamanya.
Kabar baik yang dibawa Schwarz lalu diimani oleh rakyat Langowan, termasuk keluarga Benjamin, nenek moyang Prabowo.
Sesuai dengan waktunya, pengerjaan patung ini pun berhasil rampung sebelum Hari Raya Natal, dan menjadi hadiah Natal bagi umat Kristen di Sulawesi Utara, khususnya masyarakat Minahasa dan Langowan.**