Manado (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) berkolaborasi dengan PT PLN (Persero) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk membangun rumah pengering rumput laut di Ohoi atau Desa Arso Kecamatan Hoat Sorbay.
"Terima kasih teman-teman Institut Pertanian Bogor yang telah melakukan penelitian ditempat ini dan juga pihak PT PLN yang sudah mengalokasikan anggaran melalui dana CSR untuk membangun rumah pengering ini. Dengan potensi yang kita miliki, saya berprinsip jika kita melakukan sesuatu tanpa pendekatan akademi, tanpa pendekatan ilmiah maka kita tidak akan mampu atau tidak berhasil," kata Bupati Malra M.Thaher Hanubun di Langgur, Kamis.
Menurut Thaher, rumah pengering rumput laut merupakan satu model baru dengan memanfaatkan teknologi yang sangat pengembangan budidaya rumput laut yang jadi salah satu andalan kelautan di daerah terluar Provinsi Maluku itu. Ia mengatakan, potensi rumput laut Malra juga membuat Menko Maritim dan Investasi (Marves) dan Menteri Kelautan dan Perikannan serta investor sudah datang ke daerah tersebut, dan menetapkan Malra dalam program "Seaweed Estate".
"Di tahun 2022 kami bersama DPRD lebih pada peningkatan ekonomi masyarakat dari kita dan untuk kita, sehingga dengan sudah adanya model rumah pengering ini, maka Pemda akan berupaya untuk bagaimana membangun yang sama di lokasi-lokasi lain," kata Thaher.
General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah Maluku-Maluku Utara, Adams Yogasara mengungkapkan, fasilitas pengering rumput laut dengan sistem teknologi diharapkan dapat menjadikan pembudidaya di Ohor Arso menjadi pembudidaya modern. Penggunaan teknologi pengeringan rumput laut telah terbukti di wilayah Nusa Tenggara, dimana hasilnya telah banyak di kirim keluar negeri dan separuhnya untuk kebutuhan dalam negeri.
"Adanya teknologi ini, hasilnya akan lebih baik, baik sebelum dan sesudah panen hingga dijadikan produk untuk dikirim keluar," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Malra Nikodemus Ubro menambahkan Ohoi Arso ada 64 pembudidaya rumput laut. Pembangunan rumah pengering tersebut anggarannya bersumber dari CSR PT PLN Wilayah Maluku-Maluku Utara dengan total dana Rp140 juta.
Pengering ini berbasis Internet Of Things (IOT), artinya pengontrolan suhu dalam ruangan menggunakan sistem aplikasiandroid, dan dapat juga mengontrol suhu yang ada di lokasi budidaya rumput laut. Jika suhunya ekstrim, maka akan ada peringatan agar pembudidaya tidak melakukan penanaman dan sebagainya.
Selain itu, atapnya mampu menyerap panas, ditambah alat pemanas dan lampu pemanas dengan suhu 10-40 derajat celsius. Jadi, jika pembudidaya rumput laut selama ini membutuhkan waktu 4-5 hari mengeringkan rumput laut dengan dijemur, maka dengan rumah pengering hanya membutuhkan 2-3 hari.
"Desa Arso ini terus dipacu untuk menjadi satu kawasan rumput laut, dan semoga dengan adanya rumah pengering rumput laut ini memberi inovasi dan model untuk pengembangan di kawasan-kawasan selanjutnya," pungkasnya.
"Terima kasih teman-teman Institut Pertanian Bogor yang telah melakukan penelitian ditempat ini dan juga pihak PT PLN yang sudah mengalokasikan anggaran melalui dana CSR untuk membangun rumah pengering ini. Dengan potensi yang kita miliki, saya berprinsip jika kita melakukan sesuatu tanpa pendekatan akademi, tanpa pendekatan ilmiah maka kita tidak akan mampu atau tidak berhasil," kata Bupati Malra M.Thaher Hanubun di Langgur, Kamis.
Menurut Thaher, rumah pengering rumput laut merupakan satu model baru dengan memanfaatkan teknologi yang sangat pengembangan budidaya rumput laut yang jadi salah satu andalan kelautan di daerah terluar Provinsi Maluku itu. Ia mengatakan, potensi rumput laut Malra juga membuat Menko Maritim dan Investasi (Marves) dan Menteri Kelautan dan Perikannan serta investor sudah datang ke daerah tersebut, dan menetapkan Malra dalam program "Seaweed Estate".
"Di tahun 2022 kami bersama DPRD lebih pada peningkatan ekonomi masyarakat dari kita dan untuk kita, sehingga dengan sudah adanya model rumah pengering ini, maka Pemda akan berupaya untuk bagaimana membangun yang sama di lokasi-lokasi lain," kata Thaher.
General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah Maluku-Maluku Utara, Adams Yogasara mengungkapkan, fasilitas pengering rumput laut dengan sistem teknologi diharapkan dapat menjadikan pembudidaya di Ohor Arso menjadi pembudidaya modern. Penggunaan teknologi pengeringan rumput laut telah terbukti di wilayah Nusa Tenggara, dimana hasilnya telah banyak di kirim keluar negeri dan separuhnya untuk kebutuhan dalam negeri.
"Adanya teknologi ini, hasilnya akan lebih baik, baik sebelum dan sesudah panen hingga dijadikan produk untuk dikirim keluar," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Malra Nikodemus Ubro menambahkan Ohoi Arso ada 64 pembudidaya rumput laut. Pembangunan rumah pengering tersebut anggarannya bersumber dari CSR PT PLN Wilayah Maluku-Maluku Utara dengan total dana Rp140 juta.
Pengering ini berbasis Internet Of Things (IOT), artinya pengontrolan suhu dalam ruangan menggunakan sistem aplikasiandroid, dan dapat juga mengontrol suhu yang ada di lokasi budidaya rumput laut. Jika suhunya ekstrim, maka akan ada peringatan agar pembudidaya tidak melakukan penanaman dan sebagainya.
Selain itu, atapnya mampu menyerap panas, ditambah alat pemanas dan lampu pemanas dengan suhu 10-40 derajat celsius. Jadi, jika pembudidaya rumput laut selama ini membutuhkan waktu 4-5 hari mengeringkan rumput laut dengan dijemur, maka dengan rumah pengering hanya membutuhkan 2-3 hari.
"Desa Arso ini terus dipacu untuk menjadi satu kawasan rumput laut, dan semoga dengan adanya rumah pengering rumput laut ini memberi inovasi dan model untuk pengembangan di kawasan-kawasan selanjutnya," pungkasnya.