Manado (ANTARA) - Seekor anak gajah Sumatera (Elephas Maxipmus Sumatrensis) yang terjerat di kawasan hutan Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh beberapa waktu lalu dilaporkan mati, setelah dua hari menjalani perawatan medis di Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree, Aceh Besar.
"Iya tadi pagi saya dikasih kabar bahwa gajahnya sudah mati. Tim dokter juga sedang melakukan nekropsi," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Ariyanto di Banda Aceh, Selasa.
Agus menjelaskan anak gajah Sumatera berusia sekitar satu tahun tersebut mati saat dalam proses perawatan medis, dengan kondisi belalai yang nyaris putus akibat terkena jeratan.
Anak gajah itu dibawa ke PLG Saree pada Minggu (14/11) lalu, dengan kondisi belalai yang berfungsi sebagai tangan nyari putus, sehingga membuat gajah susah makan dan kondisi tubuh juga kurus.
BKSDA Aceh membawa ke PLG Saree dengan harapan anak gajah tersebut bisa tertangani dengan baik.
"Jadi belalainya sudah membusuk, nyaris putus, makanya kita bawa kesana untuk penanganan medis. Katanya dua hari ini kondisinya cukup bagus, cuma penyebaran infeksinya itu, karena kan sudah lama (terjerat)," kata Agus.
Sebelumnya, petugas BKSDA Aceh berhasil menyelamatkan seekor anak gajah terkena jeratan yang menyebabkan belalainya nyaris putus.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Aceh Jaya, Minggu, mengatakan pihaknya menerima informasi dari masyarakat pada Sabtu (13/11), terlihat seekor anak gajah bergerak sendiri (terpisah dari rombongan) dengan kondisi terluka di bagian belalai dan terlihat sisa jerat yang masih menempel di bagian belalai di wilayah Desa Alue Meuraksa, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya.
Tim yang terdiri dari personel BKSDA Aceh, personel medis, Resort Aceh Jaya dan CRU Sampoiniet, BKPH Teunom-KPH I, CRU Aceh, PKSL FKH-USK, serta masyarakat waktu itu langsung melakukan upaya pencarian dalam rangka penyelamatan anak gajah liar tersebut.
Menurut dia anak gajah tersebut baru ditemukan pada Minggu, (14/11) sekitar pukul 14.00 WIB di wilayah Desa Alue Meuraksa.
"Tim berhasil menemukan anak gajah liar tersebut dan melakukan upaya pembiusan untuk dapat dilakukan penanganan medis dan pelepasan jerat yang masih menempel di belalainya," kata Agus.
Hasil observasi tim medis diketahui bahwa anak gajah liar dengan jenis kelamin betina berusia sekitar 1 tahun mengalami luka serius akibat terkena jerat pada bagian tengah belalai yang diperkirakan luka tersebut sudah berlangsung lama.
"Berdasarkan pertimbangan tim medis bahwa anak gajah liar perlu mendapatkan perawatan medis lanjutan dan harus dievakuasi ke PLG Saree, Aceh Besar," katanya.
"Iya tadi pagi saya dikasih kabar bahwa gajahnya sudah mati. Tim dokter juga sedang melakukan nekropsi," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Ariyanto di Banda Aceh, Selasa.
Agus menjelaskan anak gajah Sumatera berusia sekitar satu tahun tersebut mati saat dalam proses perawatan medis, dengan kondisi belalai yang nyaris putus akibat terkena jeratan.
Anak gajah itu dibawa ke PLG Saree pada Minggu (14/11) lalu, dengan kondisi belalai yang berfungsi sebagai tangan nyari putus, sehingga membuat gajah susah makan dan kondisi tubuh juga kurus.
BKSDA Aceh membawa ke PLG Saree dengan harapan anak gajah tersebut bisa tertangani dengan baik.
"Jadi belalainya sudah membusuk, nyaris putus, makanya kita bawa kesana untuk penanganan medis. Katanya dua hari ini kondisinya cukup bagus, cuma penyebaran infeksinya itu, karena kan sudah lama (terjerat)," kata Agus.
Sebelumnya, petugas BKSDA Aceh berhasil menyelamatkan seekor anak gajah terkena jeratan yang menyebabkan belalainya nyaris putus.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Aceh Jaya, Minggu, mengatakan pihaknya menerima informasi dari masyarakat pada Sabtu (13/11), terlihat seekor anak gajah bergerak sendiri (terpisah dari rombongan) dengan kondisi terluka di bagian belalai dan terlihat sisa jerat yang masih menempel di bagian belalai di wilayah Desa Alue Meuraksa, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya.
Tim yang terdiri dari personel BKSDA Aceh, personel medis, Resort Aceh Jaya dan CRU Sampoiniet, BKPH Teunom-KPH I, CRU Aceh, PKSL FKH-USK, serta masyarakat waktu itu langsung melakukan upaya pencarian dalam rangka penyelamatan anak gajah liar tersebut.
Menurut dia anak gajah tersebut baru ditemukan pada Minggu, (14/11) sekitar pukul 14.00 WIB di wilayah Desa Alue Meuraksa.
"Tim berhasil menemukan anak gajah liar tersebut dan melakukan upaya pembiusan untuk dapat dilakukan penanganan medis dan pelepasan jerat yang masih menempel di belalainya," kata Agus.
Hasil observasi tim medis diketahui bahwa anak gajah liar dengan jenis kelamin betina berusia sekitar 1 tahun mengalami luka serius akibat terkena jerat pada bagian tengah belalai yang diperkirakan luka tersebut sudah berlangsung lama.
"Berdasarkan pertimbangan tim medis bahwa anak gajah liar perlu mendapatkan perawatan medis lanjutan dan harus dievakuasi ke PLG Saree, Aceh Besar," katanya.