Manado, 29/5 (ANTARA) - Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang mengatakan, bahaya mengkonsumsi captikus (sejenis arak khas Sulawesi Utara) harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak.

"Peran tokoh agama melalui mimbar gereja, mesjid, pura, klenteng dan tempat ibadah lainnya harus terus digelorakan, semua ini ditujukan untuk masa depan Sulawesi Utara dan masa depan generasi emas daerah ini," tandas Sarundajang saat memberikan sambutan pada seminar interaktif "Optimalisasi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Captikus guna menekan gangguan Kamtibmas di Sulawesi Utara, Selasa.

Dari aspek kamtibmas menurut gubernur, captikus perlu mendapatkan perhatian serius karena dari laporan kepolisian, peristiwa kriminal dan kecelakaan lalulintas sebagian besar diakibatkan oleh pengaruh minuman keras.

Gubernur mengatakan, untuk meminimalisasi dan menghilangkan dampak negatif kebiasaan minum captikus berlebihan, solusinya bukan memberangus atau menghentikan produksi petani di sentra-sentra produksi yang ada di Minahasa dan Minahasa Selatan.

Bahkan kata dia, tidak mungkin menebang semua pohon enau yang ada di Sulut karena itu adalah anugerah Tuhan dan bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang lain.

Selain itu, dari aspek ekonomi banyak petani dan pengolah captikus yang menggantungkan hidupnya bahkan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang tertinggi dari usaha pengolahan nira enau dan produk turunannya seperti gula aren dan captikus, kata gubernur.

"Dari seminar ini pasti akan dihasilkan rekomendasi pemikiran yang brilian untuk menyiasati pencegahan dan penanggulangan dampak negatif konsumsi captikus. Selain itu memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengolah captikus menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat," katanya.

Gubernur tidak sepakat bila kebiasaan minum captikus dikatakan sudah menjadi budaya di Minahasa Raya.

Walaupun kata dia, ada kelompok masyarakat atau perorangan yang terbiasa minum captikus tetapi untuk alasan-alasan yang dapat diterima.

Dia mencontohkan kelompok masyarakat nelayan termasuk di daerah kepulauan yang hendak melaut biasanya menkonsumsi captikus untuk menghangatkan badan dan melawan udara dingin di laut.

Seminar yang diinisiasi Polda Sulut diikuti kalangan akademisi, unsur kepolisian, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota se Sulawesi Utara, tokoh agama dan tokoh masyarakat, anggota lagislatif, termasuk unsur masyarakat petani gula aren dan pengolah captikus.
(guntur/@antarasulutcom)



Pewarta : Karel Polakitan
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024