Manado (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN-5.
"Di Indonesia kita melihat terjadinya ekspansi kegiatan manufaktur, yang ditunjukkan dengan PMI Indonesia sebesar 52,2 dan PMI manufaktur di berbagai negara ASEAN juga mulai menunjukkan pemulihan," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2021 secara daring di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan kinerja manufaktur global juga membaik, terlihat dari PMI yang ekspansif ke level 54,1 karena semakin terkendalinya kasus COVID-19 di berbagai belahan dunia.
Di bawah posisi Indonesia, negara ASEAN-5 yang juga mencatatkan kinerja manufaktur yang ekspansif adalah Filipina yakni di level 50,9, yang kemudian disusul oleh Thailand sebesar 48,9, Malaysia 48,1, dan Vietnam 40,2.
Kendati demikian, Bendahara Negara menilai kinerja manufaktur di Eropa dan Amerika Serikat (AS) masih menjadi kontributor utama berlanjutnya penguatan manufaktur global, dengan PMI masing-masing di level 58,6 dan 60.
Selain itu, PMI negara utama lainnya juga terlihat membaik, seperti India sebesar 53,7, Korea Selatan 52,4, Jepang 51,5, dan Tiongkok 50.
"Ini artinya kegiatan manufaktur global mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari sisi kegiatan manufaktur," ungkapnya.
Dengan demikian, ia berpendapat seluruh perbaikan kinerja manufaktur tersebut memicu pemulihan ekonomi secara global.
Untuk pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan tahun 2021, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan akan mencapai 5,9 persen, Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sebesar 5,7 persen, dan Bank Dunia 5,6 persen.
"Di Indonesia kita melihat terjadinya ekspansi kegiatan manufaktur, yang ditunjukkan dengan PMI Indonesia sebesar 52,2 dan PMI manufaktur di berbagai negara ASEAN juga mulai menunjukkan pemulihan," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2021 secara daring di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan kinerja manufaktur global juga membaik, terlihat dari PMI yang ekspansif ke level 54,1 karena semakin terkendalinya kasus COVID-19 di berbagai belahan dunia.
Di bawah posisi Indonesia, negara ASEAN-5 yang juga mencatatkan kinerja manufaktur yang ekspansif adalah Filipina yakni di level 50,9, yang kemudian disusul oleh Thailand sebesar 48,9, Malaysia 48,1, dan Vietnam 40,2.
Kendati demikian, Bendahara Negara menilai kinerja manufaktur di Eropa dan Amerika Serikat (AS) masih menjadi kontributor utama berlanjutnya penguatan manufaktur global, dengan PMI masing-masing di level 58,6 dan 60.
Selain itu, PMI negara utama lainnya juga terlihat membaik, seperti India sebesar 53,7, Korea Selatan 52,4, Jepang 51,5, dan Tiongkok 50.
"Ini artinya kegiatan manufaktur global mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari sisi kegiatan manufaktur," ungkapnya.
Dengan demikian, ia berpendapat seluruh perbaikan kinerja manufaktur tersebut memicu pemulihan ekonomi secara global.
Untuk pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan tahun 2021, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan akan mencapai 5,9 persen, Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sebesar 5,7 persen, dan Bank Dunia 5,6 persen.