Di sebuah kampung yang damai, tiba-tiba terdengar teriakan beberapa orang, nampak diantara mereka saling berkejar-kejaran. Seketika itu, beberapa warga tampak keluar rumah memastikan sumber suara teriakan itu dan memastikan apa gerangan yang sedang terjadi.

Seorang laki-laki dewasa terlibat pertikaian dengan tetangganya yang dianggap telah menghina dirinya. O…o…aku mencoba memahami tentang penyebab pertikaian yang hampir meregut nyawa manusia ini, sambil aku bertanya dalam benakku,"Apakah harus dengan penyelesaian seperti ini setiap muncul permasalahan diantara kita? Apakah kekerasan dapat memberikan penyelesaian yang baik? Bukankah dengan kekerasan seperti ini akan memunculkan permasalahan yang baru lagi?" Yang jelas, kekerasan masih mewarnai kehidupan masyarakat kita. 

Seperti beberapa hari yang lalu, terjadi lagi kekerasan di Kota Ambon yang menelan kerugian milyaran, ratusan rumah terbakar dan mengakibatkan korban pada manusia.

Sahabat, dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari, pasti tidak akan lepas dari orang lain. Kita saling berhubungan satu dengan lainnya, kadang menyakitkan dan kadang menyenangkan, kadang menjatuhkan harga diri kita dan kadang menaikkan harga diri kita. 

Semua tindakan kita bersumber dari pola atau cara berpikir yang saat itu kita gunakan. Disaat kita berpikir pasti disertai perasaan, kemudian muncullah rekomendasi sikap dan perbuatan seperti apakah yang akan kita tampilkan. 
Pikiran yang baik, akan menghasilkan perasaan yang baik dan pasti menghasilkan sikap dan perbuatan yang baik, begitu juga sebaliknya. Sikap dan perbuatan yang kita tampilkan itu adalah 100 persen pilihan kita, kitalah penanggungjawabnya bukan orang lain. 

Tidak ada satupun orang yang bisa menentukan pilihan kita tanpa kita menentukan sendiri pilihan itu. Demikian juga bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang sedang dan ingin dipikirkan orang lain tentang diri kita. 

Mengapa? Karena berpikir merupakan kebebasan yang diberikan Tuhan pada manusia. Boleh jadi, fisiknya bisa di-"penjara" namun tidak dengan pikirannya. Ingin mencoba! Boleh, coba anda sendiri mengunci diri dalam kamar. Boleh jadi, fisik anda ada telah terkunci rapat di dalam kamar, namun pikiran anda pasti bisa melayang dan bebas terbang kemanapun yang anda mau. Benar kan. Begitulah pikiran kita.

Yang kita bisa lakukan adalah hanya mengendalikan tanggapan dan tindakan yang akan kita tampilkan. Mencemaskan anggapan, kata-kata dan pikiran orang lain tentang diri kita hanya akan menjauhkan kita dari diri kita yang sesungguhnya dan menghalangi kita untuk hidup selaras dengan Misi dan Potensi hidup kita. 
Mencemaskan anggapan orang lain tentang diri kita hanya akan mengkerdilkan potensi kita dan akan menghalangi kita untuk tampil berprestasi dalam kehidupan. Energi kita akan terkuras habis  bila kita mencemaskan anggapan dan pikiran orang terhadap diri kita.

Yakinlah pada diri kita sendiri bahwa "aku" adalah luar biasa, aku sendirilah yang mengetahui bahwa aku punya potensi yang hebat, aku juga telah menetapkan misi kehidupanku. Sangat rugi bila potensi hebatku harus tergantung atau dikendalikan oleh orang lain.

Tuhan Yang Maha Pengasih telah memberiku kebebasan untuk berpikir hebat, sangat rugi bila aku mengotorinya hanya karena aku harus mengikuti apa yang dipikirkan oleh orang lain yang boleh jadi orang lain itu sedang memasukkanku dalam lubang jurang yang dalam. Orang lain adalah orang lain dan diriku adalah aku bukan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, pikiran kita akan tetap tenang untuk menjadi diri kita sendiri. 

Potensi yang kita milikipun juga semakin membuat kita percaya diri. Hinaan, cacian dan makian seseorang terhadap diri kita tidak membuat kita mengorbankan potensi hebat yang kita miliki. Cukuplah kita mengatakan dalam hati bahwa aku jauh lebih bagus dari apa yang kau tuduhkan. 

Cara berpikir seperti ini bukanlah kita kalah atau mengalah, justru kita akan menjadi pemenang karena kita bisa menghindar dari jebakan Amigdala organ otak manusia yang selalu menjebakkan diri kita untuk berpikir dan berperilaku seperti hewan reptil (buaya dkk). 

Yang selalu berpikir menyerang atau melarikan diri. Kita sebagai pemenang karena kita berpikir dan berperilaku seperti layaknya manusia, yang berpikir menggunakan otak rasional_neokortek, otaknya manusia bukan otak reptile atau otak buaya. Oleh karenanya,ketika kita tidak lagi mencemaskan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri kita, kita dapat mengendalikan kebahagiaan diri kita sendiri sepanjang waktu. Bagaimana dengan sahabat?

DokterKeluarga Emas, Pendiri IGF (Indonesian Golden Family), DirekturGolden Family Institute, Deklarator INS (Indonesian Neuroscience Sosiety, Parenting Neuroscience, PembicaraBerbagai Seminar Golden Family.

Pewarta : Dr Amir Zuhdi *
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024