Manado (ANTARA) - Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) menargetkan pengembangan industri rumput laut atau seaweed estate di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, sudah dapat beroperasi tahun 2022.
"Setelah ini kami bersama-sama dengan Pemda Malra menyusun master plan untuk menentukan titik-titik produksi dan model produksi secara moderen, dan juga pengembangan dari sisi infrastruktur, baik bandara maupun jalan," kata Asisten Deputi (Asdep) Kemenko Marves Muhammad Rahmat Mulianda dalam keterangan pers saat kunjungan kerja di Langgur, Maluku Tenggara (Malra), Kamis.
Ia menjelaskan rumput laut merupakan komoditas unggulan nasional, yang dalam RPJMN tahun 2020-2024 disebutkan rumput laut sebagai komoditas unggulan yang perlu dikembangkan.
Maluku lebih khusus Maluku Tenggara (Malra) termasuk sebagai sentra rumput laut yang harus mendapat atensi yang kaitannya dengan integrasi program Lumbung Ikan Nasional (LIN) di Maluku.
"Maluku juga merupakan kontributor ke-6 produsen rumput laut nasional," katanya.
Menurut dia, dengan melihat potensi pengembangan rumput laut yang begitu luas disimpulkan bahwa potensi rumput laut dapat dikembangkan di Malra.
"Oleh karena itu kami mengambil titik fokus di Malra karena potensinya, dan itu juga menjadi harapan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di mana Malra kita dukung penuh untuk dikembangkan industri rumput laut dari hulu ke hilir atau seaweed estate," ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, dengan dikembangkan industri rumput laut ini, maka Malra dijadikan sebagai lumbungnya rumput laut dan hasil dari kabupaten lainnya bisa diolah di Malra dan diekspor keluar, tidak lagi rumput laut ini dibawa ke Makasar atau Jawa Timur.
"Jadi, dalam tahun depan ini sudah bisa dijalankan seaweed estate, dan terkait dengan model pengelolaan nantinya akan datang investor-investor yang siap untuk bekerja sama," ujarnya.
"Setelah ini kami bersama-sama dengan Pemda Malra menyusun master plan untuk menentukan titik-titik produksi dan model produksi secara moderen, dan juga pengembangan dari sisi infrastruktur, baik bandara maupun jalan," kata Asisten Deputi (Asdep) Kemenko Marves Muhammad Rahmat Mulianda dalam keterangan pers saat kunjungan kerja di Langgur, Maluku Tenggara (Malra), Kamis.
Ia menjelaskan rumput laut merupakan komoditas unggulan nasional, yang dalam RPJMN tahun 2020-2024 disebutkan rumput laut sebagai komoditas unggulan yang perlu dikembangkan.
Maluku lebih khusus Maluku Tenggara (Malra) termasuk sebagai sentra rumput laut yang harus mendapat atensi yang kaitannya dengan integrasi program Lumbung Ikan Nasional (LIN) di Maluku.
"Maluku juga merupakan kontributor ke-6 produsen rumput laut nasional," katanya.
Menurut dia, dengan melihat potensi pengembangan rumput laut yang begitu luas disimpulkan bahwa potensi rumput laut dapat dikembangkan di Malra.
"Oleh karena itu kami mengambil titik fokus di Malra karena potensinya, dan itu juga menjadi harapan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di mana Malra kita dukung penuh untuk dikembangkan industri rumput laut dari hulu ke hilir atau seaweed estate," ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, dengan dikembangkan industri rumput laut ini, maka Malra dijadikan sebagai lumbungnya rumput laut dan hasil dari kabupaten lainnya bisa diolah di Malra dan diekspor keluar, tidak lagi rumput laut ini dibawa ke Makasar atau Jawa Timur.
"Jadi, dalam tahun depan ini sudah bisa dijalankan seaweed estate, dan terkait dengan model pengelolaan nantinya akan datang investor-investor yang siap untuk bekerja sama," ujarnya.