Manado (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar (PB) Al Washliyah Mahmudi Affan Rangkuti mengatakan generasi senior (baby boomers) harus berperan menelurkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerusnya saat ini.

"Apakah kelompok senior atau baby boomers ini telah menelurkan atau sudah mengajarkan dan mengimplementasikan kepada masyarakat milenial mengenai apa sih Pancasila itu. Apa kandungan nilainya? Kenapa disebut Pancasila Sakti?" kata Mahmudi Affan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Affan mengungkapkan bahwa generasi muda harus tahu bahwa makna sakti di dalam Pancasila sakti memiliki arti kuat, tangguh, dan mampu melawan segala ancaman.

Menurut dia, nilai-nilai Pancasila yang sakti tersebut harus diturunkan oleh para senior kepada milenial untuk diamalkan.

"Bagaimanapun, lahirnya Pancasila bukan hal yang tiba-tiba, melainkan buah hasil pemikiran founding fathers bangsa yang saat itu tahu persis bahwa bangsa ini terdiri atas banyak perbedaan suku, ras, dan agama, yang harus terkumpul dalam satu wadah," ucapnya.

Ia menjelaskan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa adalah napas bagi sila-sila berikutnya yang maknanya bahwa dalam hidup harus memiliki ketakwaan kepada Tuhan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pengalaman Pancasila itu harus terus diberikan sehingga niscaya kepribadian Pancasila akan tertanam pada diri individu-individu bangsa.

"Sependek yang saya tahu, alih pengetahuan terhadap komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai nilai-nilai Pancasila ini saya rasa masih kurang masif. Kita perlu melakukan doktrin-doktrin dalam penguatan nilai Pancasila," katanya.

Dengan doktrin-doktrin dan perkataan serta perbuatan yang terus-menurus diulangi kepada para generasi muda, kata dia, lama-kelamaan akan terbangun sebuah perisai.



Sebaliknya, bila hal itu tidak dilakukan, menurut Affan, melemahnya pemahaman generasi muda terhadap Pancasila sehingga bisa berakibat melencengnya masyarakat kepada pemahaman-pemahaman lain, misalnya komunisme yang membahayakan persatuan bangsa.

"Kaum milenial bisa lupa akan sejarah komunisme jika tidak disampaikan secara keberlanjutan. Sejarah ini haruslah diturunkan oleh generasi senior yang pernah melihat peristiwa tersebut dengan lebih masif. Keyword-nya adalah menyampaikan dengan masif," kata Ketua Umum Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) ini.

Ia menilai kalau dewasa ini banyak sekali generasi yang sudah dan bahkan lupa akan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Hal tersebut sebagai kondisi yang miris dan pertanda kurang masifnya pola komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai nilai luhur bangsa, termasuk dalam kurikulum pendidikan.

"Jadi, artinya apa? Lembaga pendidikan butuh yang namanya Pendidikan Moral Pancasila. Pancasila harus menjadi satu kurikulum tersendiri, dan para pemangku kebijakan saya harap dapat membentuk satu mata ajar kurikulum yang bermateri Pancasila," tutur Wakil Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU MUI) ini.

Tidak hanya itu, Affan juga memandang perlu peran para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menelurkan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang ampuh dan sakti dalam menangkal berbagai tantangan kepada para pengikutnya dan anak didiknya. Itu bisa dilakukan dengan diinovasikan sedemikian rupa mengikuti era digitalisasi saat ini.

"Bagi saya adalah sebuah kewajiban untuk disampaikan. Jadi, hukumnya wajib untuk disampaikan oleh para tokoh, baik itu tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun tokoh adat kepada para anak didik atau kepada kelompoknya agar itu terus berjalan. Ini adalah sebuah warisan dari leluhur yang tidak pernah usang," katanya.
 

Pewarta : Joko Susilo
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024