Manado, (Antaranews) - Tim ahli kesehatan ikan dan lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP) Sulawesi Utara(Sulut) memastikan kematian ribuan ikan di Danau Tondano milik pembudidaya di tiga desa, karena faktor musim.

"Hasil pemantauan tim ahli menyebutkan kematian ikan milik pembudidaya di desa Eris, Kakas dan Tandengan, berlokasi di kawasan Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, hampir terjadi setiap tahun terutama di saat pergantian musim," kata Kepala DKP Sulut, Joy Korah di Manado, Kamis.

Jadi kematian ikan tersebut, kata Joy, bukan karena adanya gerakan magma di dasar danau seperti yang diisukan segelintir orang, melainkan murni karena faktor alam.

"Ketika terjadi pergantian musim suhu air di dasar danau dan permukaan berbeda sangat signifikan, disaat tertentu maka semua bahan organik di dasar danau naik ke atas, dan  hal ini yang meracuni semua ikan yang dibudidaya petani," kata Joy.

Kepala Bidang Budidaya DKP Sulut, Erny Tumundo, mengatakan, naiknya berbagai jenis bahan organik di dasar danau tersebut secara perlahan membuat tingkat gas H2S tinggi, hal ini yang meracuni ikan yang dipelihara pembudidaya.

Erny mengatakan, kejadian yang terjadi pada tahun 2010 ini, tidak bisa dihindari pembudidaya karena kondisi cuaca di Sulut dalam beberapa bulan belakangan ini sangat ekstrim.

"Kondisi iklim yang sangat ekstrim ini menyulitkan petani menerka apakah saat ini sudah terjadi pergantian musim atau tidak, akibatnya petani tetap memelihara ikan sehingga saat gas H2S tinggi banyak ikan  yang mati," kata Erny.

Berbagai jenis ikan nila, mujair, ikan mas dan lainnya yang dipelihara petani di desa Eris, Tandengan dan Kakas, mati mendadak pekan lalu mengakibatkan kerugian cukup besar pada petani.

Matinya ikan secara mendadak di tiga desa di danau Tondano yang terjadi bersamaan dengan meletusnya Gunung Merapi, sempat memunculkan isu pada masyarakat Tondano Minahasa bahwa ada gunung berapi di dasar danau yang sedang mengeluarkan gas.

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024