Manado, (Antara News) - Produsen pupuk urea terbesar PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mengalami kelebihan stok sebesar 281.406 ton menyusul rendahnya penyerapan urea oleh petani pada Januari-April 2010.

"Sampai April, penyerapan pupuk urea bersubsidi di wilayah tanggung jawab PKT hanya 68 persen dari ketentuan Menteri Pertanian," kata Direktur Pemasaran PKT IB Agra Kusuma pada rapat kerja Direktorat Pemasaran BUMN itu di Manado, Jumat.

Dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), total urea bersubsidi yang harus dipasok sesuai ketentuan Menteri Pertanian  mencapai 743.470 ton untuk provinsi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, dan provinsi di Indonesia bagian Timur.

Namun penjualan atau penyerapan pupuk tersebut hanya mencapai 503.236 ton pada Januari-April 2010.

Padahal, lanjut Agra, pada periode tersebut produksi urea PKT mencapai 1.007.810 ton dan ditambah stok awal tahun sebesar 340.627 ton, maka total pasokan mencapai 1.348.437 ton.

Penjualan pupuk urea nonsubsidi untuk perkebunan besar dan industri sebesar 224.245 ton dan bantuan pasokan urea subsidi untuk Jawa Tengah (wilayah Pusri) mencapai 143.633 ton.

"Dengan demikian stok ril ada 448.032 ton. Namun sesuai ketentuan Mentan harus ada stok di lini III sebesar 136.626 ton dan stok minimal pabrik 30 ribu ton, maka PKT kelebihan stok sampai saat ini 281.406 ton," ujar Agra.

Oleh karena itu, ia menegaskan, pemenuhan kebutuhan pupuk urea di 18 provinsi yang menjadi tanggung jawab PKT aman.

"Tidak mungkin ada kelangkaan karena pasokan berlimpah," katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, prognosa penjualan urea PKT pada Mei sampai Desember 2010 pun memperkirakan adanya kelebihan stok sebesar 418.136 ton dari total produksi pada periode itu sebesar 1.842.032 ton.

Pada periode Mei sampai Desember itu, ia menghitung penjualan pupuk urea bersubsidi mencapai 1.146.764 ton, nonsubsidi 238 ribu ton, dan bantuan urea bersubsidi untuk BUMN lain sebesar 237.322 ton.

"Kalau kami memproyeksikan produksi naik saja 103 persen dari target produksi tahun ini sebesar 2,85 juta ton, maka akan ada kelebihan stok sekitar 500 ribu ton atau senilai dengan Rp1 triliun," katanya. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024