Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo turut menyampaikan duka cita atas kepergian Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Indonesia (KTNA) Winarno Tohir pada Sabtu pagi.

Winarno Tohir yang juga dikenal sebagai tokoh pertanian, meninggal dunia pada pukul 04.00 WIB, Sabtu, setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon, Jawa Barat.

"Almarhum sangat memahami persoalan. Berdiskusi dengannya selalu memberikan perspektif baru dalam mengelola pertanian. Beliau sangat concern terhadap kualitas dan regenerasi sumber daya manusia pertanian," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, Sabtu.

Menurut Mentan, Winarno Tohir telah meninggalkan jejak pengabdian yang sangat berharga bagi pertanian Indonesia.



Sebelum menjabat sebagai Ketua KTNA, Winarno Tohir sebelumnya menduduki Sekretaris KTNA pada tahun 1999. Dedikasi dan kepeduliannya dalam pertanian yang kemudian menghantarkan ia menggantikan Haji Oyon Tahyan pada tahun 2000 sebagai Ketua KTNA.

Mentan menilai Kementan bersama KTNA memiliki cita-cita yang sama yakni memperkuat pertanian sebagai tulang punggung bangsa yang dimulai dari desa-desa.

Selain itu Winarno dikenal sebagai sosok yang mampu menjembatani aspirasi petani dan kepentingan pemerintah.



"Pemikiran dan konsepsi kami ada irisan dengan gagasan yang ia tawarkan. Ia juga tak sungkan menyampaikan kendala-kendala lapangan yang dialami petani. Soal bagaimana menerapkan mekanisasi untuk mereduksi losses panen dan peran penyuluh sebagai ujung tombak di lapangan, ia juga utarakan. Dan itu bukan sekedar wacana, tapi ia lakukan dengan menerjunkan penyuluh-penyuluh swadaya," kata Mentan Syahrul.

Winarno Tohir meninggalkan istri dan tiga anak. Almarhum yang juga pernah menjadi Ketua Kelompok Tani Sriunggul di Desa Sleman, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu pada tahun 1982, akan dimakamkan di kampung halamannya.

"Kami atas nama keluarga besar Kementan mendoakan semoga apa yang telah almarhum perbuat, dicatat sebagai amal sholeh dan menjadi teladan bagi kita semua," tutur Mentan Syahrul.


 

Pewarta : Mentari Dwi Gayati
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024