Manado (ANTARA) - Pasca-Pilkada Surabaya 2020 tepatnya pertengahan Desember lalu, nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah ramai dibicarakan akan menjadi Menteri Sosial (Mensos) akan menggantikan Juliari Batubara yang ditangkap KPK atas kasus korupsi bantuan sosial.
Risma sapaan akrab Tri Rismaharini saat itu telah memberikan sinyal untuk menerima jabatan baru jika mendapat tawaran dari Presiden RI Joko Widodo dan persetujuan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Nanti kita lihat, saya ikut bu Mega saja," kata Wali Kota Risma.
Kabar tersebut menjadi jelas pada saat Presiden Jokowi mengumumkan reshuffle kabinet di Istana Negara, Jakarta pada Selasa (22/12) sore dan akan dilantik di tempat yang sama pada Rabu (23/12).
Tri Rismarini lahir di Kediri, Jawa Timur pada 20 November 1961. Menjelang usia remaja, Risma dan keluarga pindah ke Surabaya dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Surabaya.
Risma kemudian mengenyam pendidikan di SMA Negeri 5 Surabaya, salah satu sekolah favorit di Jawa Timur. Anak ketiga dari lima bersaudara ini kemudian melanjutkan studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Arsitektur dan lulus tahun 1987.
Ia meniti karier sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak tahun 1990-an. Kemudian untuk mengembangkan pengetahuannya, Risma melanjutkan pendidikan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di ITS dan lulus pada 2002.
Selama di Pemkot Surabaya, Risma menjabat sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001), Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001), Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002), Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008).
Karier Risma kian melejit ketika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusungnya menjadi Wali Kota Surabaya pada Pilkada Surabaya 2010. Kemenangan Risma di Pilkada, mengantarkannya dua periode memimpin Kota Surabaya.
Risma banyak mengubah wajah Kota Surabaya. Banyak taman-taman kota yang dibangun Risma seperti halnyapemugaran Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean. Bahkan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya.
Selain itu Risma juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.
Tidak heran jika apa yang sudah dilakukan Risma di Kota Pahlawan tersebut Kota Surabaya telah berhasil meraih penghargaan Adipura pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 untuk kategori kota metropolitan.
Tidak hanya itu, pada 2014, Risma sempat membuat kehebohan karena kebijakannya menutup lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara yakni Gang Dolly. Rismaa pun kemudian menyiapkan rangkaian kebijakan untuk memberdayakan warga Gang Dolly melalui pelatihan keterampilan.
Atas jasa-jasanya untuk Kota Surabaya, pada 4 Maret 2015 Risma mendapatkan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang Manajemen Pembangunan Kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Tidak hanya itu, Risma menempati posisi tiga wali kota terbaik di dunia menurut The City Mayors Foundation.
Politik dinamis
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Februari 2021 ini cukup layak mengisi jabatan Menteri Sosial (Mensos).
"Jika Bu Risma menjabat Mensos maka akan membuat dinamis politik Nasional," kata Surokim.
Menurut dia, jika mengamati perjalanan Wali Kota Risma dalam tiga tahun terakhir ini memang unik, dimana Risma sudah tiga kali ditawari jabatan menteri di kabinet Jokowi Widodo.
Namun, lanjut dia, jawaban Risma tegas tidak berkenan dan ingin menuntaskan amanah dari masyarakat Surabaya dari jabatan wali kota hingga akhir masa jabatannya.
"Ia selalu konsisten seolah tidak ingin membuka peluang untuk penugasan itu. Nah, jika kali ini beliau menjawab nanti kita lihat dan terserah Bu Mega, berarti Bu Risma mau dan siap untuk mengemban posisi itu," ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, sebentar lagi masa jabatannya sebagai wali kota tuntas dan cawali penggantinya di Pilkada Surabaya sudah sesuai harapan, maka Risma bisa dikatakan siap untuk naik level di Jakarta.
"Jika kemudian bu Risma naik menjabat menteri, saya pikir itu akan menjadi ujian kepemimpinan publik beliau di level Nasional. Jika bisa berhasil, maka beliau akan punya peluang jadi salah satu tokoh nasional di level Nasional, demikian juga sebaliknya," katanya.
Selain itu, jika Risma naik jadi menteri, maka itu akan menjadi kabar baik juga bagi kader-kader PDIP yang jadi kepala daerah punya peluang bisa naik jadi menteri.
"Tipe tipe seperti Bu Risma termasuk yang disukai oleh Pak Jokowi. Bu Risma sangat layak karena dari PDIP dan mensos sebelumnya juga dari PDIP. Bu Risma model kepemimpinannya itu melayani langsung masyarakat jadi cocok dengan fungsi dan tugas sebagai mensos.
Risma sapaan akrab Tri Rismaharini saat itu telah memberikan sinyal untuk menerima jabatan baru jika mendapat tawaran dari Presiden RI Joko Widodo dan persetujuan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Nanti kita lihat, saya ikut bu Mega saja," kata Wali Kota Risma.
Kabar tersebut menjadi jelas pada saat Presiden Jokowi mengumumkan reshuffle kabinet di Istana Negara, Jakarta pada Selasa (22/12) sore dan akan dilantik di tempat yang sama pada Rabu (23/12).
Tri Rismarini lahir di Kediri, Jawa Timur pada 20 November 1961. Menjelang usia remaja, Risma dan keluarga pindah ke Surabaya dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Surabaya.
Risma kemudian mengenyam pendidikan di SMA Negeri 5 Surabaya, salah satu sekolah favorit di Jawa Timur. Anak ketiga dari lima bersaudara ini kemudian melanjutkan studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Arsitektur dan lulus tahun 1987.
Ia meniti karier sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak tahun 1990-an. Kemudian untuk mengembangkan pengetahuannya, Risma melanjutkan pendidikan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di ITS dan lulus pada 2002.
Selama di Pemkot Surabaya, Risma menjabat sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001), Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001), Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002), Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008).
Karier Risma kian melejit ketika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusungnya menjadi Wali Kota Surabaya pada Pilkada Surabaya 2010. Kemenangan Risma di Pilkada, mengantarkannya dua periode memimpin Kota Surabaya.
Risma banyak mengubah wajah Kota Surabaya. Banyak taman-taman kota yang dibangun Risma seperti halnyapemugaran Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean. Bahkan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya.
Selain itu Risma juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.
Tidak heran jika apa yang sudah dilakukan Risma di Kota Pahlawan tersebut Kota Surabaya telah berhasil meraih penghargaan Adipura pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 untuk kategori kota metropolitan.
Tidak hanya itu, pada 2014, Risma sempat membuat kehebohan karena kebijakannya menutup lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara yakni Gang Dolly. Rismaa pun kemudian menyiapkan rangkaian kebijakan untuk memberdayakan warga Gang Dolly melalui pelatihan keterampilan.
Atas jasa-jasanya untuk Kota Surabaya, pada 4 Maret 2015 Risma mendapatkan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang Manajemen Pembangunan Kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Tidak hanya itu, Risma menempati posisi tiga wali kota terbaik di dunia menurut The City Mayors Foundation.
Politik dinamis
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Februari 2021 ini cukup layak mengisi jabatan Menteri Sosial (Mensos).
"Jika Bu Risma menjabat Mensos maka akan membuat dinamis politik Nasional," kata Surokim.
Menurut dia, jika mengamati perjalanan Wali Kota Risma dalam tiga tahun terakhir ini memang unik, dimana Risma sudah tiga kali ditawari jabatan menteri di kabinet Jokowi Widodo.
Namun, lanjut dia, jawaban Risma tegas tidak berkenan dan ingin menuntaskan amanah dari masyarakat Surabaya dari jabatan wali kota hingga akhir masa jabatannya.
"Ia selalu konsisten seolah tidak ingin membuka peluang untuk penugasan itu. Nah, jika kali ini beliau menjawab nanti kita lihat dan terserah Bu Mega, berarti Bu Risma mau dan siap untuk mengemban posisi itu," ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, sebentar lagi masa jabatannya sebagai wali kota tuntas dan cawali penggantinya di Pilkada Surabaya sudah sesuai harapan, maka Risma bisa dikatakan siap untuk naik level di Jakarta.
"Jika kemudian bu Risma naik menjabat menteri, saya pikir itu akan menjadi ujian kepemimpinan publik beliau di level Nasional. Jika bisa berhasil, maka beliau akan punya peluang jadi salah satu tokoh nasional di level Nasional, demikian juga sebaliknya," katanya.
Selain itu, jika Risma naik jadi menteri, maka itu akan menjadi kabar baik juga bagi kader-kader PDIP yang jadi kepala daerah punya peluang bisa naik jadi menteri.
"Tipe tipe seperti Bu Risma termasuk yang disukai oleh Pak Jokowi. Bu Risma sangat layak karena dari PDIP dan mensos sebelumnya juga dari PDIP. Bu Risma model kepemimpinannya itu melayani langsung masyarakat jadi cocok dengan fungsi dan tugas sebagai mensos.