Gorontalo (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencanangkan tanggal 21 November menjadi Hari Maleo Sedunia di objek wisata alam Lombongo, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Sabtu.
Pencanangan tersebut dilakukan pada kegiatan Festival Maleo yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) oleh Direktur KKH KLHK Indra Eksploitasia.
"Kita sangat berbangga, Indonesia memiliki burung maleo yang hanya ada di Sulawesi. Hal ini sekaligus menjadi sebuah amanah untuk kita agar terus menjaga mereka dan habitatnya, untuk generasi mendatang," Indra Eksploitasia pada pembukaan puncak acara Festival Maleo.
Sementara itu, Kepala Balai TNBNW Supriyanto menegaskan, bahwa Festival Maleo dan Hari Maleo Sedunia merupakan momentum bersama bagi masyarakat Indonesia dan dunia untuk terus peduli dan meningkatkan upaya konservasi salah satu burung endemik dan terancam punah asli Sulawesi itu.
"Festival ini bertujuan untuk mengenalkan, mengembangkan, dan mempromosikan berbagai hal yang terkait dengan potensi kawasan TNBNW," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan hasil kolaborasi antara Balai TNBNW dengan beberapa mitra, yaitu Pemda Kabupaten Bone Bolango, EPASS-project, WCS-Indonesia Program, Perkumpulan Biota Gorontalo dan seniman Gorontalo.
"Festival Maleo merupakan rangkaian kegiatan sejak Oktober sampai November 2020 dengan berbagai aktivitas, seperti Bedah Buku Rumah Bersama Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Lokakarya Fotografi Satwa Liar," kata dia, lagi.
Selain itu diselenggarakan juga Video Pendek Wisata Alam, Lomba Fotografi Satwa Liar dan Video Pendek Wisata Alam TNBNW, Lomba Pembuatan Logo Hari Maleo Sedunia, serta Talkshow Hari Maleo Sedunia bertema “Maleo sebagai Branding Pengembangan Ekowisata Minat Khusus".
Pada puncak acara Festival Maleo ini, dilakukan pelepasliaran sembilan ekor anak maleo di lokasi peneluran Tambun, Muara Pusian dan Hungayono.
Selanjutnya diumumkan pemenang berbagai lomba yang diselenggarakan, penyerahan berbagai penghargaan oleh Dirjen KSDAE, penyerahan bantuan BTNBNW-EPASS kepada kelompok masyarakat berupa perangkat pendukung pengembangan ekowisata.
Selain itu, pada puncak acara Festival Maleo juga digelar Pameran Fotografi Satwaliar, pemutaran film pendek ekowisata, dan pentas seni budaya.
Pencanangan tersebut dilakukan pada kegiatan Festival Maleo yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) oleh Direktur KKH KLHK Indra Eksploitasia.
"Kita sangat berbangga, Indonesia memiliki burung maleo yang hanya ada di Sulawesi. Hal ini sekaligus menjadi sebuah amanah untuk kita agar terus menjaga mereka dan habitatnya, untuk generasi mendatang," Indra Eksploitasia pada pembukaan puncak acara Festival Maleo.
Sementara itu, Kepala Balai TNBNW Supriyanto menegaskan, bahwa Festival Maleo dan Hari Maleo Sedunia merupakan momentum bersama bagi masyarakat Indonesia dan dunia untuk terus peduli dan meningkatkan upaya konservasi salah satu burung endemik dan terancam punah asli Sulawesi itu.
"Festival ini bertujuan untuk mengenalkan, mengembangkan, dan mempromosikan berbagai hal yang terkait dengan potensi kawasan TNBNW," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan hasil kolaborasi antara Balai TNBNW dengan beberapa mitra, yaitu Pemda Kabupaten Bone Bolango, EPASS-project, WCS-Indonesia Program, Perkumpulan Biota Gorontalo dan seniman Gorontalo.
"Festival Maleo merupakan rangkaian kegiatan sejak Oktober sampai November 2020 dengan berbagai aktivitas, seperti Bedah Buku Rumah Bersama Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Lokakarya Fotografi Satwa Liar," kata dia, lagi.
Selain itu diselenggarakan juga Video Pendek Wisata Alam, Lomba Fotografi Satwa Liar dan Video Pendek Wisata Alam TNBNW, Lomba Pembuatan Logo Hari Maleo Sedunia, serta Talkshow Hari Maleo Sedunia bertema “Maleo sebagai Branding Pengembangan Ekowisata Minat Khusus".
Pada puncak acara Festival Maleo ini, dilakukan pelepasliaran sembilan ekor anak maleo di lokasi peneluran Tambun, Muara Pusian dan Hungayono.
Selanjutnya diumumkan pemenang berbagai lomba yang diselenggarakan, penyerahan berbagai penghargaan oleh Dirjen KSDAE, penyerahan bantuan BTNBNW-EPASS kepada kelompok masyarakat berupa perangkat pendukung pengembangan ekowisata.
Selain itu, pada puncak acara Festival Maleo juga digelar Pameran Fotografi Satwaliar, pemutaran film pendek ekowisata, dan pentas seni budaya.