Manado (ANTARA) - Pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Agus T Poputra mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi (PE) Indonesia tahun 2021 sebesar 4,5-5,5 persen bisa dicapai.
"Proyeksi pertumbuhan 4,5 hingga 5,5 persen pada tahun 2021 masih realistis," kata Agus, di Manado, Jumat.
Dia mengatakan dengan asumsi bahwa persoalan pendemi virus corona (COVID-19) bisa selesai tahun ini atau paling tidak bisa mereda pada awal 2021.
Mengingat tahun ini, katanya, pertumbuhan akan sangat rendah, bisa juga negatif maka produk Domestik Bruto (PDB) 2020 tidak bertambah banyak atau bahkan berkurang.
Dengan demikian, katanya, tambahan PDB pada tahun 2021 memiliki pembagi yang kecil, sehingga secara prosentase tambahan tersebut atau pertumbuhan ekonomi bisa mencapai proyeksi yang ditargetkan.
Dalam laporan Nota Keuangan, RAPBN 2021, dan Sidang Tahunan MPR DPR, Presiden RI Joko Widodo mengatakan asumsi indikator ekonomi makro yang kami pergunakan adalah sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 4,5-5,5 persen.
Tingkat pertumbuhan ekonomi ini diharapkan didukung oleh peningkatan konsumsi domestik dan investasi sebagai motor penggerak utama.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato tentang RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dalam sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD RI, Jumat (14/8).
Menurut Jokowi, pemerintah akan memfokuskan rancangan kebijakan APBN 2021 di beberapa bidang. Pertama, mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
Kedua, mendorong reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya saing ekonomi.
Fokus ketiga adalah mempercepat transformasi ekonomi menuju era digital, serta fokus keempat yaitu pemanfaatan dan antisipasi perubahan demografi.
"Proyeksi pertumbuhan 4,5 hingga 5,5 persen pada tahun 2021 masih realistis," kata Agus, di Manado, Jumat.
Dia mengatakan dengan asumsi bahwa persoalan pendemi virus corona (COVID-19) bisa selesai tahun ini atau paling tidak bisa mereda pada awal 2021.
Mengingat tahun ini, katanya, pertumbuhan akan sangat rendah, bisa juga negatif maka produk Domestik Bruto (PDB) 2020 tidak bertambah banyak atau bahkan berkurang.
Dengan demikian, katanya, tambahan PDB pada tahun 2021 memiliki pembagi yang kecil, sehingga secara prosentase tambahan tersebut atau pertumbuhan ekonomi bisa mencapai proyeksi yang ditargetkan.
Dalam laporan Nota Keuangan, RAPBN 2021, dan Sidang Tahunan MPR DPR, Presiden RI Joko Widodo mengatakan asumsi indikator ekonomi makro yang kami pergunakan adalah sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 4,5-5,5 persen.
Tingkat pertumbuhan ekonomi ini diharapkan didukung oleh peningkatan konsumsi domestik dan investasi sebagai motor penggerak utama.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato tentang RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dalam sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD RI, Jumat (14/8).
Menurut Jokowi, pemerintah akan memfokuskan rancangan kebijakan APBN 2021 di beberapa bidang. Pertama, mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
Kedua, mendorong reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya saing ekonomi.
Fokus ketiga adalah mempercepat transformasi ekonomi menuju era digital, serta fokus keempat yaitu pemanfaatan dan antisipasi perubahan demografi.