Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai target pertumbuhan ekonomi pada 2021 sebesar 4,5-5,5 persen terlalu ambisius di tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini.
"Menurut saya, terlalu ambisius, dalam situasi normal pada 2019 tumbuh 5,02 persen, itu belum ada pandemi. Sekarang dengan pandemi, ini kita masih struggle untuk kuartal III 2020, berusaha agar tidak turun lebih dalam lagi. Kalaupun minus, mungkin minus 2 persen (kuartal III)," katanya di Jakarta, Jumat.
Hariyadi mengatakan butuh upaya luar biasa untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 4,5 persen pada tahun depan.
"Kendala utama memang di COVID ini. Selama belum bisa dituntaskan, kita dibayangi kondisi yang menghambat. Makanya target itu ambisius. Perkiraan kami, bisa plus 2 persen saja sudah bagus," katanya.
Lebih lanjut, Hariyadi menuturkan upaya pemerintah mendorong daya beli masyarakat dengan mengalokasikan bantuan sosial patut diapresiasi.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat terdongkrak dari konsumsi rumah tangga yang memang jadi kontributor utama.
"Tapi, ini belum cukup kuat untuk membangkitkan ekonomi kita sebesar yang ditargetkan tadi yaitu 4,5-5,5 persen," katanya.
Oleh karena itu, ia mendorong produktivitas angkatan kerja yang ada. Ia juga berharap RUU Omnibus Law Cipta Kerja bisa menjadi langkah untuk mengubah seluruh kebijakan terkait ketenagakerjaan.
Hariyadi juga setuju RUU Cipta Kerja dibentuk untuk mengantisipasi bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Namun, ia mengingatkan saat ini pemerintah harus fokus untuk bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya untuk mengantisipasi bonus demografi ini.
"Data menunjukkan terjadi penurunan lapangan kerja yang signifikan di sektor formal. Kalau mau buat bangsa ini maju, ciptakan lapangan kerja," katanya.
"Menurut saya, terlalu ambisius, dalam situasi normal pada 2019 tumbuh 5,02 persen, itu belum ada pandemi. Sekarang dengan pandemi, ini kita masih struggle untuk kuartal III 2020, berusaha agar tidak turun lebih dalam lagi. Kalaupun minus, mungkin minus 2 persen (kuartal III)," katanya di Jakarta, Jumat.
Hariyadi mengatakan butuh upaya luar biasa untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 4,5 persen pada tahun depan.
"Kendala utama memang di COVID ini. Selama belum bisa dituntaskan, kita dibayangi kondisi yang menghambat. Makanya target itu ambisius. Perkiraan kami, bisa plus 2 persen saja sudah bagus," katanya.
Lebih lanjut, Hariyadi menuturkan upaya pemerintah mendorong daya beli masyarakat dengan mengalokasikan bantuan sosial patut diapresiasi.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat terdongkrak dari konsumsi rumah tangga yang memang jadi kontributor utama.
"Tapi, ini belum cukup kuat untuk membangkitkan ekonomi kita sebesar yang ditargetkan tadi yaitu 4,5-5,5 persen," katanya.
Oleh karena itu, ia mendorong produktivitas angkatan kerja yang ada. Ia juga berharap RUU Omnibus Law Cipta Kerja bisa menjadi langkah untuk mengubah seluruh kebijakan terkait ketenagakerjaan.
Hariyadi juga setuju RUU Cipta Kerja dibentuk untuk mengantisipasi bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Namun, ia mengingatkan saat ini pemerintah harus fokus untuk bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya untuk mengantisipasi bonus demografi ini.
"Data menunjukkan terjadi penurunan lapangan kerja yang signifikan di sektor formal. Kalau mau buat bangsa ini maju, ciptakan lapangan kerja," katanya.